Bisa Perpanjang ‘Usia” TPA, Ini Kemampuan Mesin Pengolah Residu di TOSS Klungkung

Nyoman Putra merinci, 1 ton sampah 80 persen terolah menjadi bahan berguna yang sudah siap jual. Seperti pupuk, briket bahan bakar broiler dan bahan daur ulang. Misal yang organik sudah menjadi pupuk/tanah subur siap kemas, kemudian yang unorganik menjadi briket bahan bakar dan hasil pemilahan botol bekas dan kertas dikirim ke pengelola daur ulang sampah seperti Bali Waste Cycle (BWC) dan lainnya.

“Jadi residu akhir sebagai bahan buangan hanya 20 persen. Bahkan karena sambil dipilah secara manual sebelum masuk mesin, sampah residu bisa berkurang lagi. Jadi sedikit sekali yang akan dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir), nah fungsi pengolahan sampah dari mesin ini juga untuk memperpanjang usia TPA agar tidak cepat jadi gunungan sampah,” ungkap Putra.

BACA JUGA:  Menuju World Water Forum di Bali 2024, Lemhanas RI Bahas Ketahanan Air  
Pekerja seedang menyiapkan sampah yang akan dimasukkan ke dalam trommel Screen. (Foto: Menitini/M-011)

Sementara itu, arsitek sekaligus mekanik mesin, Imam mengungkapkan mesin pengolah sampah tersebut dirancang dan dibuat oleh hampir 100 persen karya anak bangsa. “Hanya dinamo yang kami beli dari luar, lainnya kami buat sendiri dengan pekerja 7 orang dan bekerja dari jam 7 pagi hingga jam 7 malam,” ungkap Imam, seolah ada sesuatu ‘kekuatan’ rahasia pada angka 7.

Imam dengan timnya mengerjakan satu mesin pengolah sampah selama sebulan dengan pola lemburan dari jam 7 pagi sampai jam 7 malam. Menurutnya, mesin seperti milik PT CTBL ini mampu menyesuaikan dengan sampah local karena dibuat berdasar riset muatan lokal.

BACA JUGA:  24th ASEAN Energy Business Forum Set to Support Lao PDR's ASEAN Chairmanship

Secara terpisah, Ketua Jaringan Jurnalis Peduli Sampah (J2PS), Agustinus Apollo Naris Daton, menilai bahwa mesin pengolah sampah ini menjadi referensi pemerintah daerah lain di Bali dalam mengelola setiap TPST 3R yang sudah dan akan dibangun.

“Mesin ini terbukti sangat cocok dengan karakter sampah di nusantara, sampah di pulau Jawa, Bali dan daerah lainnya kurang lebih sama. Dan, kelebihan lain dari mesin ini sampah diproses tidak bau sehingga tak menimbulkan rasa jijik oleh pekerja,” ungkap Apollo Daton.

Sebelumnya, Direktur Utama PT CTBL, Putu Ivan Yunatana menegaskan, bahwa mesin pengolah sampah yang dikelolanya secara partnership itu sudah melalui tahap uji coba. Selain memastikan fungsi dan kinerja mesin beroperasi sesuai harapan juga menunjukkan kepada publik bahwa karya anak bangsa proven (terbukti) mampu mengolah sampah menjadi bernilai ekonomi dan ramah lingkungan.

BACA JUGA:  Pemerintah Angkat Kebijakan Tata Ruang DAS pada Proses Politik 10th World Water Forum

Ivan Yunatana yang juga founder Bali Waste Cycle dan Ketua APSI (Asosiasi Pengusaha Sampah Indonesia) Bali – Nusra ini berharap menjadi solusi permanen problematika sampah dimasa mendatang. (M-011)

Editor: Daton