Satgas Flobamora Bali Kecam Sejumlah Oknum Yang Ngaku Sesepuh 

Menjawab wartawan tentang adanya faksi dalam Flobamora Bali, Marten Rowa Kasedu  tegas membantahnya. “Mereka yang sibuk mencari keuntungan-keuntungan pribadi, kalau kami sibuk mengurus warga-warga kami. Jadi memang motivasinya berbeda bang. Tapi kalau dibilang ada perpecahan di tubuh kami, saya rasa tidak pernah ada perpecahan, kami selalu solid. Hanya, itu adalah oknum yang tidak sadar dengan benar peran serta paguyuban keluarga dalam kegiatan sosial,” ucapnya.

Marthen memberi contoh dalam kasus kriminal yang menjadi korban warga NTT di Bali. “Mereka yang mengaku wartawan senior di “pihak sebelah” tak pernah peduli.  Mereka selalu bilang, wah kasus ini kalau  dinaikan tidak laku, tapi kalau ada warga NTT yang terlibat kriminal, mereka senang sekali menulis itu berhari-hari,” ujarnya.   

BACA JUGA:  Tembak Bule Turki, Warga Meksiko Diduga Rencanakan Pembunuhan dan Perampokan

Menjawab salah seorang wartawan terkait tanggung jawab Satgas dalam kasus pertandingan futsal yang diadakan oleh Hikmast, menurut Marthen seharusnya Hilarius Mali bertanya langsung kepada saudara ketua panitia  bernama Jois, yang ada di samping Hila saat mereka jumpa pers. Satgas Hikmast itu bekerja karena ada penugasan dari saudara ketua panitia. 

Lebih jauh Marthen menjelaskan, ada dua kategori warga NTT di Bali. Pertama, warga yang menjadi anggota Flobamora dan terlibat dalam setiap kegiatan Flobamora, dan yang kedua adalah warga NTT di luar Flobamora Bali.  Dan yang berhak membubarkan satgas yakni Ardi Gangga dan Yusdi Diaz. “Kalau Hila Mali mengaku sebagai ketua paguyuban tertentu, siapa yang melantik dia? Mana SK-nya?,” tanya Marthen. 

BACA JUGA:  Tersangka Dugaan Korupsi pada Renovasi Kawasan Waterfront Kabupaten Sambas Diserahkan ke Kejari

Ungkapan kegeraman atas penyataan Hilarius Mali dan Emanuel Dewat Oja juga ditunjukkan oleh Robertus Corly. Pria yang akrab dipanggil Roby ini menegaskan, orang-orang di luar yang meminta Satgas Flobamora dibubarkan tidak kami kenal, baik di unit maupun Flobamora Bali. “Kami ini kerja sosial, tengah malam mereka tidur, kami turun kalau ada warga bermasalah, kami tinggalkan anak istri. Kadang istri juga ngomel-ngomel karena kami terlalu sering di luar,” ungkap Roby.  

Mempertegas pernyataan Marthen Rowa, Agustinus Bugis menjelaskan kegiatan Flobamora Bali maupun Satgas Flobamora Bali lebih memprioritaskan pelayanan kepada warga yang membutuhkan. “Namun ada motivasi yang dilakoni oleh oknum-oknum tertentu yang lebih berorientasi pada kepentingan pribadi, itulah makanya mereka tak betah bersama kami, lalu kalau ada yang meminta Satgas Flobamora Bali dibubarkan, siapa you,” sindir Agus Bugis. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *