Rp97 Triliun Biaya Pengobatan Lari ke RS Luar Negeri

DENPASAR, MENITINI.COM – Lebih kurang 2 juta masyarakat Indonesia memilih berobat ke luar negeri tiap tahun. Angka ini dilontarkan Presiden RI, Joko Widodo saat peletakan batu pertama (groundbreaking) pembangunan Bali International Hospital di Sanur, Bali, beberapa waktu lalu.

Jika dikalkulasikan, Indonesia kehilangan hampir Rp100 triliun. “Setiap tahun ada kurang lebih 2 juta masyarakat kita yang pergi ke luar negeri mendapatkan layanan kesehatan, baik itu ke Singapura, baik itu ke Malaysia, baik itu ke Jepang, baik itu ke Amerika dan tempat-tempat lain. Kita kehilangan Rp97 triliun rupiah karena itu,”  kata Presiden Jokowi.

CEO RS Premier Bintaro, dr. Martha M.L Siahaan, M.HKes., MARS ditemui dalam acara Disphoria: Diskusi Seni dan Olahraga yang digelar RS Premier Bintaro bekerja sama dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Bali dan Universitas Bali Internasional, mengatakan, para dokter dan rumah sakit di dalam negeri sejatinya tidak kalah berkualitas dari layanan kesehatan di luar negeri.

BACA JUGA:  Dianggarkan Rp23 Miliar, Pembangunan Puskesmas III Denbar

“Rp97 triliun rupiah lari ke luar negeri, sakitnya tuh di sini. Faktanya masyarakat kita di Indonesia lebih percaya layanan kesehatan di luar negeri dibandingkan di dalam negeri sendiri. Padahal kita sama sekali tidak kalah dari segi kualitas pelayanan, baik dokter maupun peralatan medis dan penunjang lainnya. Rp97 triliun rupiah lari ke luar negeri ini merupakan pekerjaan rumah kita bersama, bagaimana mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap layanan rumah sakit di dalam negeri,” kata dr. Martha.

Salah satu di antaranya adalah tujuh rumah sakit swasta jejaring Ramsay Sime Darby Health Care yang tersebar di tiga negara Asia, yakni tiga di Indonesia, tiga di Malaysia, dan di Hongkong. Khusus di Indonesia, RS dimaksud terdiri atas RS Premier Bintaro, RS Premier Jatinegara, dan RS Premier Surabaya.

BACA JUGA:  Cemaran Plastik Air Minum Kemasan Meningkat, Harus Apa?

RS Premier Bintaro, RS Premier Jatinegara, dan RS Premier Surabaya memiliki layanan super berkualitas ditopang tenaga medis dan teknologi pengobatan bersertifikasi internasional.

“Kami mother board ada di Australia. Pertama kali mereka akuisisi rumah sakit lama di Jakarta dan sekarang menjadi RS Premier Jatinegara. Setelah itu, founder hospital group kami membangun rumah sakit secara bersamaan di Surabaya dan Bintaro. Jika pertanyaannya apakah memperluas di Indonesia sehingga tak hanya 3 rumah sakit, memang sekarang sedang diagendakan dan ingin punya sister company di Bali,” ujarnya.

Seperti kita tahu Bali adalah pintu masuk orang-orang asing ke Indonesia. Manejemen sedang berpikir bahwa one day kita akan punya adik dari 3 rumah sakit sebelumnya di Bali. “Dengan kehadiran kami yang bersertifikasi internasional di Indonesia, tidak ada alasan untuk berobat ke luar negeri,” ucap dr. Martha.

BACA JUGA:  Pemerintah Didesak Tinjau Kembali Kebijakan Pajak Peralatan Medis

dr. Martha dan RS Premier Bintaro hadir di Bali serangkaian Disphoria alias Diskusi Seni dan Olahraga yang didedikasikan untuk atlet, pelatih, dan tim kesehatan olahraga.  Disphoria yang diselenggarakan di Dharma Negara Alaya (DNA Art and Creative Hub Denpasar) menampilkan talkshow kesehatan, pertunjukkan seni bela diri, pantomime, workshop, dan band akustik.

Sementara sport workshop “Penanganan Cedera pada Atlet” disajikan oleh dr. Taufan Favian Reyhan, Sp.KO. dan dr. Chikih, MKK. DMA. Terakhir, “Penanganan Tapping untuk Cedera Olahraga” dipaparkan oleh I Made Dhita Prianthara, S.Ft., M.Fis., Ftr.  016