Masalah seputar konvivialitas
Lebih jauh Romo Markus menguraikan bahwa masalah-masalah seputar konvivialitas yang saling berkaitan di atas tidak hanya memengaruhi keramahtamahan sebuah masyarakat, kelemahlembutan sebuah masyarakat dan pemeluk tradisi-tradisi berbagai agama dan anggota dari kelompok budaya dan etnik, juga sekaligus memperlambat laju dialog antaragama atau malah membuatnya stagnan.
Dalam situasi seperti itu, masih kata Romo Markus, mungkin sebagian orang menyerah dan mencari jalan sendiri untuk luput seperti yang kita lihat pada gerakan-gerakan sektarian. Fratelli Tutti ingin menekankan tanggung jawab kolektif kita bersama, manusia di berbagai belahan dunia dan juga termasuk Indonesia dari berbagai generasi. “Dan juga dimaksudkan di sini saudara dan saudari adik-adik PMKRI. Membangun persaudaraan kolektif dan universal adalah jalan,” ucapnya.
Romo Markus pun mengingatkan akan dokumen yang terbit sebelumnya persaudaraan manusia untuk perdamaian dunia dan hidup bersama, yang terbit di Abu Dhabi pada tanggal 4 Februari 2019 juga turut menekankan atau membuka jalan, memberikan cara yang baik untuk membangun persaudaraan yakni dengan dialog, membuka diri untuk berbicara, dan bertemu dengan orang lain, saling memahami saling menghormati, menyebarkan budaya toleransi, menerima orang lain apa adanya dengan segala perbedaannya.