Secara pribadi Romo Markus melihat bahwa relasi lintas agama, lintas budaya, dan lintas etnik, sebagai satu bangsa sampai saat ini masih terus berada di 2 kutub perasaan yaitu jauh dan dekat sekaligus. Tergantung dalam kondisi apa kita sedang berada.
“Saya pikir kesempatan seperti ini adalah kesempatan yang baik untuk kita menyampaikan atau secara terbuka membenah diri dan berbicara secara jujur permasalahan-permasalahan yang kita hadapi dalam dialog nasional dalam kehidupan kita bersama,” ucapnya.
Dalam kesempatan ini, Romo Markus juga ingin menyampaikan apa yang ia amati selama ia tinggal di luar negeri. Ini, menurut dia, merupakan pekerjaan rumah yang betul-betul banyak. Yakni adanya pembentukan politik identitas berbasis agama semakin masif, indoktrinasi paham-paham radikal dan sektarian, narasi-narasi kebencian atas nama agama yang tersebar dimana-mana, pembangunan getho-getho yang Paus Fransiskus katakan sebagai tembok.