Berikutnya, kata Romo Markus, conviviality artinya hidup rukun dengan alam dan sesama manusia tanpa harus meremehkan perbedaan dan keragaman suku, agama, sosial dan budaya. Di dalam perbedaan ini kita semua bekerja sama untuk kebaikan bersama yang menguntungkan semua pihak tanpa kecuali.
“Untuk kita umat Katolik dokumen Konsili Vatikan ke-2 Nostra Aetate sebagai dasar kebijakan kita, dasar dinamika keterbukaan kita terhadap umat beragama lain sudah menekankan ini dengan jelas,” tuturnya.
Lebih lanjut dijelaskan satu-satunya Romo asal Indonesia di Kepausan Vatikan ini, menurut Paus Franciskus, konvivialitas yang dimaksudkan dengan hidup secara bersama secara rukun dan damai adalah barometer yang pasti untuk mengukur sehatnya relasi antarsesama manusia, sehatnya sebuah bangsa, sehatnya relasi perorangan, relasi antarkelompok, maupun antarbangsa di satu sisi dan antara manusia dengan alam semesta dan juga dengan Tuhan Sang Pencipta di sisi lain.
Sebuah masyarakat yang diwarnai oleh anonimitas, lanjut Romo Markus, yang diwarnai oleh ketidakpedulian ignorance karena tidak ada atau melemahnya relasi pribadi dan sosial satu sama lain, yang ada hanya sebuah masyarakat complicated dengan egoisme sebagai karakternya. Maka tidak heran kalau bangsa tersebut atau masyarakat tersebut tidak pernah menikmati apa yang kita sebut kerukunan dan perdamaian.