Jumat, 17 Mei, 2024

Ilustrasi (pexels)

Pilih presiden lewat kuis

Sukses dengan VAA Partai Politik, di akhir minggu ketiga Januari 2024, Kawula17 meluncurkan VAA Ca(wa)pres. Untuk VAA ini, pemilih disarankan untuk kenali programnya, baru tentukan presidennya. Dalam hitungan 72 jam, sudah 463.298 rekomendasi diberikan kepada pemilih yang ikut kuis.

“Sambutannya sangat baik. Para pemilih yang ikut kuis kemudian juga dengan bangga memamerkan hasil kuisnya di media sosial. Sejumlah influencer menghubungi kami dan meminta link untuk mereka share dengan sukarela, karena mereka rupanya melihat bahwa tool ini berguna bagi orang muda,” kata Dian.

Yang menarik, survei mengungkap, mayoritas pemilih akan memilih presiden dan wakil presiden berdasarkan ide atau gagasan yang diperjuangkan. Selain itu, mereka juga melihat pengalaman kandidat dan jabatan sebelumnya. Mereka tidak lagi mempertimbangkan identitas, misalnya suku atau agama, dan penampilan fisik. Hal ini sejalan dengan temuan dari partner Kawula17, yaitu Newbie Matters, yang menyebutkan bahwa Gen Z merupakan pemilih rasional.

Kuisnya berisi 15 pertanyaan yang disarikan dari visi-misi masing-masing pasangan presiden dan calon presiden. Sejumlah pertanyaan terbilang sulit, sehingga jawabannya perlu dipikirkan dengan matang dan waktu sedikit lebih lama. Tapi, hanya dalam waktu sekitar 6 menit, umumnya pemilih akan mendapatkan rekomendasi tentang kandidat yang programnya dinilai paling selaras dengan keinginan pemilih.

Banyak orang kemudian menanyakan rekap dari hasil kuis pemilih. Dian menegaskan, “Kuis itu dibuat bukan untuk mendapatkan rekap hasil, melainkan memberi kesempatan pada pemilih untuk mempelajari visi dan misi kandidat, membandingkan visi-misi tersebut, kemudian melihat kembali ke diri sendiri, menyelaraskan visi-misi yang paling dekat dengan dirinya. Kenyataannya, ketika orang muda diberi informasi, mereka akan mampu membuat keputusan. Ini bagian dari kedewasaan berpikir dan berpolitik.”

BACA JUGA:  Hari Ini, Prabowo-Gibran akan Ditetapkan sebagai Pemenang Pilpres 2024

Jeli temukan perbedaan

Kuis untuk memilih partai dan presiden perlu dibuat sedemikian rupa agar mudah dimengerti. Karena itu, pertanyaan kuis harus dibuat dengan kata-kata dan kalimat yang sederhana. Dian dan Okta bercerita, membuat VAA Partai Politik jauh lebih menantang daripada VAA Ca(wa)pres. Mereka harus memilah isu yang relevan dengan orang muda. Sebab, isu yang dibicarakan di DPR sangat banyak.

“Bagi orang yang memahami tentang lingkungan, pertambangan merupakan isu yang penting. Tapi, bagi banyak orang di luar bidang tersebut, pertambangan tidak dinilai penting. Apalagi, lokasi tambang di Kalimantan dinilai jauh bagi orang yang tinggal di Jawa, sehingga tidak dianggap relevan,” Dian mencontohkan.

Okta menambahkan, posisi partai tentang suatu isu bisa berubah. Karena itu, tim penyusun kuis selalu mencari konfirmasi ke partai. “Isu merupakan suatu hal yang baru diangkat oleh partai. Selama ini partai berkampanye dengan dangdut. Anak-anak sekarang sudah beda. Ketika disuguhi dangdut, mereka belum tentu mau datang. Karena itu, partai harus sudah mulai berpikir untuk mendekati pemilih dengan cara berbeda,” lanjut Dian.

BACA JUGA:  Sirekap Bermasalah, Proses Plano dan Rekapitulasi Tertunda, Ada Apa?

Untuk VAA Ca(wa)pres, Kawula17 mencermati perbedaan program di antara ketiga pasang kandidat. Karena, programnya sangat mirip. Saat dipetakan seperti itu, orang jadi tersadar bahwa sebetulnya yang ditawarkan oleh ketiga kandidat tidak berbeda jauh. Maka, perlu dicari pembeda yang signifikan untuk membantu orang menentukan pilihan.

“Mencari titik pembeda inilah yang tidak mudah. Misalnya, ada pertanyaan tentang peningkatan kinerja POLRI. Orang bertanya, kenapa jawabannya ada yang tentang kenaikan gaji dan ada yang tentang pemahaman HAM? Memang itu poinnya. Harus ada critical point dari tiga pasang kandidat berbeda, sehingga kemudian pemilih bisa mencocokkan preferensinya dengan tiga pilihan jawaban tersebut,” kata Okta, yang melakukan cross referral ke juru bicara masing-masing kandidat untuk memastikan bahwa mereka tidak salah memaknai visi-misi tersebut.

Bukan aplikasi baru

Sebenarnya VAA bukan hal baru di dunia politik. Sejumlah negara di Eropa dan Amerika sudah menggunakannya sejak awal 2000-an. Di Jerman ada Wahl-0-Mat sejak 2002, di Swiss ada SmartVote sejak 2003, di Belanda ada StemWijzer sejak 1989 yang dinilai paling sukses dengan memberi jutaan rekomendasi. Menariknya, tidak hanya negara Barat yang menggunakan aplikasi ini. Zimbabwe pun merancang VAA yang sesuai dengan lingkungan politik negaranya.

Dian menyebutkan, akan lebih baik jika ada beberapa VAA di sebuah negara. “Di Belanda ada empat VAA untuk mengakomodasi 17 juta penduduknya. Seharusnya di Indonesia ada beberapa lembaga lain yang membuatnya,” kata Dian, yang cukup kaget saat tahu bahwa VAA yang dibuat Kawula17 merupakan yang pertama di Indonesia.

BACA JUGA:  Presiden Jokowi Katakan Pertemuan dengan Surya Paloh Bermanfaat bagi Perpolitikan

Ia bercerita, melalui feedback yang ia terima, banyak anak terbantu oleh kuis ini. Ada anak yang minta dibantu oleh ibunya untuk mengisi kuis ini. Kemudian ibunya malah meneruskan link kuis tersebut kepada teman-temannya.

“Remaja usia 17 bukan tidak mau melihat atau membaca informasi. Tapi, cara memberi informasinya selama ini (mungkin tidak sesuai dengan keinginan mereka. Karena itu, banyak yang bilang senang sekali tidak harus baca visi-misi calon presiden hingga berpuluh lembar. Hanya perlu baca sedikit, lihat yang disukai, lalu cari sendiri info lebih lanjut. Inilah dampak yang kami inginkan,” kata Dian.

Meski sangat senang dengan antusiasme orang muda terhadap VAA, Dian menyebutkan bahwa perlu waktu sebelum bisa menentukan hasil VAA tersebut. “Sejak awal kami selalu bilang VAA ini tidak untuk masa sekarang saja. Baru akan menarik lima tahun ke depan, ketika kami sudah punya track dari sekarang. Sudah ada lebih banyak data yang terkumpul, partai pun semakin punya warna. Sesudah 14 Februari, kami ingin melihat kembali sejauh mana VAA membantu pemilih,” kata Dian, yang juga ingin menjangkau anak muda yang tidak kuliah agar mereka paham tentang pentingnya pemilu.

  • Editor: Daton