Kementan Tancap Gas Stabilkan Harga Ayam dan Telur Pasca-Lebaran

kementan
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Agung Suganda (berbaju putih, tengah), meninjau langsung proses sortir telur di salah satu sentra produksi telur di Blitar, Jawa Timur, Sabtu (19/4/2025). Kunjungan ini bagian dari upaya pemerintah mempercepat penyerapan telur rakyat untuk menjaga stabilitas harga pasca-Lebaran. (Foto: Humas Kementan)

JAKARTA,MENITINI.COM-Harga ayam hidup dan telur konsumsi yang sempat anjlok usai Lebaran 2025 menjadi perhatian serius Kementerian Pertanian (Kementan). Melalui langkah-langkah strategis, Kementan berkomitmen menstabilkan harga demi menjaga keseimbangan pasar sekaligus melindungi peternak rakyat.

“Stabilisasi harga adalah bentuk keberpihakan kami kepada peternak mandiri,” ujar Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Agung Suganda, Jumat (25/4/2025).

Penurunan harga pasca-Lebaran dinilai menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan usaha peternak kecil, yang selama ini menjadi tulang punggung produksi unggas nasional. Karena itu, Kementan bersama pelaku industri perunggasan telah menyepakati sejumlah langkah konkret dalam rapat nasional 11 April lalu.

Di antaranya, pengendalian produksi Day Old Chick (DOC) Final Stock melalui pemotongan telur tetas (hatching egg) dan afkir dini secara mandiri. Selain itu, perusahaan integrator dan produsen pakan unggas didorong untuk menyerap ayam dan telur rakyat dengan harga yang telah disepakati bersama.

BACA JUGA:  Aksi Bela Jampidsus: Aktivis Sumut Murka, Tudingan ke Febrie Adriansyah Dinilai Pesanan Mafia Koruptor

“Pemerintah juga mengusulkan gerakan penyerapan oleh instansi pusat dan daerah,” jelas Agung. Langkah ini diharapkan mampu mendorong stabilitas harga sekaligus menambah cadangan pangan nasional.

Untuk menahan limpahan pasokan, Kementan telah menerbitkan surat edaran larangan peredaran hatching egg sebagai telur konsumsi. Agung menyebut, pembanjiran telur non-konsumsi di pasar harus segera dikendalikan agar harga tetap stabil.

Saat meninjau Blitar, sentra produksi telur terbesar di Indonesia, Agung mendorong koperasi dan pemerintah daerah mempercepat penyerapan telur melalui program Dapur Makan Bergizi (MBG). Setiap dapur MBG diperkirakan dapat menyerap hingga 3,9 ton telur per bulan — sebuah langkah yang dinilai sangat strategis di tengah fluktuasi harga.

BACA JUGA:  Harga Emas Melonjak Tajam, Tembus Rp1,9 Juta per Gram!

Tak hanya itu, Kementan juga meminta pabrik pakan dan pedagang bahan baku untuk membeli ayam hidup langsung dari peternak mandiri. “Kami ingin memastikan tidak ada ayam besar yang tidak terserap pasar, terutama saat pasokan sedang tinggi,” tegas Agung.

Di tingkat regulasi, Kementan memperketat pengawasan terhadap Peraturan Menteri Pertanian Nomor 10 Tahun 2024, yang membatasi distribusi DOC Final Stock layer ke industri besar agar populasi ayam tidak berlebih.

Kementan juga memperkuat sinergi dengan Badan Pangan Nasional untuk meninjau ulang harga acuan pembelian (HAP) ayam dan telur, serta menyiapkan skema penyerapan produk unggas ke dalam Cadangan Pangan Pemerintah (CPP).

Sebagai strategi jangka panjang, Kementan terus mendorong ekspor DOC, telur, daging ayam, dan produk olahannya ke pasar internasional. Dengan memperluas pasar ekspor, peternak Indonesia diharapkan memiliki ruang lebih luas untuk berkembang dan lebih tahan terhadap gejolak pasar domestik.*

  • Editor: Daton
BACA JUGA:  Pengelolaan Barang Sitaan Kini di Tangan Kejaksaan, Reformasi Penegakan Hukum Masuki Babak Baru

BERITA TERKINI

Indeks>>

PT. BADU GRAFIKA MANDIRI

Jalan Gatot Subroto 2 No. 11 A, Banjar Lumbung Sari, Desa Dangin Puri Kaja, Kecamatan Denpasar Utara

Ikuti Kami