CDC Tuai Kontroversi Usai Pencabutan Rekomendasi Masker untuk Cacar Monyet

DENPASAR, MENITINI.COMCenters for Disease Control and Prevention (CDC) beberapa hari lalu sempat mengeluarkan himbauan untuk menggunakan masker sebagai upaya pencegahan cacar monyet saat bepergian. Kemarin malam CDC telah mengubah bahasa himbauan kepada para wisatawan tentang cacar monyet alias monkeypox. Peringatan badan tersebut tidak lagi mencakup rekomendasi bagi pelancong untuk memakai masker untuk kasus cacar monyet. Namun, mereka tetap merekomendasikan masker untuk COVID-19. Perubahan keputusan ini untuk mencegah kebingungan informasi terkait moda transmisi cacar monyet lewat udara. Seperti kita ketahui sebelumnya, CDC menyatakan proses penularan hanya melalui kontak erat.

Pertimbangan Pencabutan Rekomendasi

Sejak pertengahan Mei, CDC telah mempertimbangkan cacar monyet untuk masuk dalam peringatan tingkat 2 bagi para pelancong. Artinya mereka harus mengambil beberapa tindakan pencegahan awal sebelum penyakit makin meluas. Upaya ini termasuk melakukan isolasi pada orang dengan kemungkinan gejala cacar monyet, seperti ruam bergelombang pada area kulit dan sekitar alat kelamin mereka. Selain itu juga menghindari kontak dengan hewan liar yang sakit atau mati dengan dugaan tidak wajar. Pada 2 Juni, pemberitahuan perjalanan mengalami perubahan menjadi merekomendasikan agar wisatawan memakai masker, melalui pernyataan bahwa mengenakan masker dapat membantu melindungi dari banyak penyakit, termasuk cacar monyet. Namun, sejak Senin malam, 6 Juni, bahasa yang rancu ini sudah diusulkan untuk diganti untuk mencegah kebingungan pada masyarakat.

BACA JUGA:  Istimewanya Kurma, si Primadona Berbuka Puasa

Menurut informasi juru bicara CDC pada Reuters, CDC sudah menghapus rekomendasi masker dari Pemberitahuan Kesehatan Perjalanan terkait cacar monyet karena menyebabkan kebingungan. Rekomendasi ini efektif sejak kemarin malam. Seperti kita ketahui, wabah cacar ini merupakan penyakit akibat virus zoonosis yang biasanya menyebar dari hewan pengerat ke manusia. Tetapi tahun ini telah terjadi ledakan kasus yang jauh melampaui normal. Bahkan beberapa negara bagian di Afrika menyatakan sebagai endemik karena mulai terjadi penularan dari orang ke orang yang berkelanjutan. Para ahli khawatir bahwa jika wabah ini tidak segera teratasi dapat merambah ke negara lain yang bahkan tidak pernah ada kasus ini sebelumnya. Jika kondisi tidak tertangani dengan baik, besar kemungkinan menjadi wabah lanjutan seperti COVID-19.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *