DENPASAR, MENITINI.COM– Seiring dengan target pertumbuhan ekonomi nasional 8 persen, pemerintah pusat mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penguatan sektor transportasi udara.
Insfratruktur pendukung sektor pariwisata perlu dimaksimalkan melalui optimasi layanan kebandarudaraan, salah satunya Bandara I Gusti Ngurah Rai yang merupakan bandara tersibuk kedua dan mayoritas melayani wisatawan internasional.
Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono saat melaksanakan rapat optimasi Bandara I Gusti Ngurah Rai, sekaligus meresmikan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Bandara Ngurah Rai pada Kamis (23/1).
Agus Harimurti Yudhoyono mengatakan Bandara Ngurah Rai merupakan bandara yang paling sibuk setelah Bandara Sokarno Hatta.
Sebanyak 60 persen penumpang merupakan wisatawan mancanegara, sehingga potensinya luar biasa dan Bali selama ini telah menjadi tulang punggung pariwisata nasional.
Kapasitas Bandara Ngurah Rai harus semakin baik dengan mengoptimalkan fasilitas yang sudah ada tanpa harus membangun terlalu banyak terminal.
Hal itu dapat dilakukan dengan memperkuat sistem manajemen, digitalisasi, penggunaan AI, serta penerapan data driven policy making dengan baik.
“Hari ini tercatat per tahunnya sekitar 23-25 juta penumpang. Kita harap ke depan dapat meningkatkan kapasitasnya hingga 32 juta penumpang per tahun. Ini kita kejar seiring dengan peningkatan jumlah wisatawan dalam maupun luar negeri,” ucapnya.
Dari laporan yang diterima, terdapat pertumbuhan yang baik di Bandara Ngurah Rai yaitu peningkatan 22 persen dari tahun sebelumnya untuk penerbangan internasional.
Ia berharap Bandara Ngurah Rai dapat menjadi hub penerbangan ke berbagai destinasi pariwisata super prioritas.
Dengan harapan agar dapat meningkatkan ekonomi nasional dan tentunya Bali.
Selain kapasitas, kemacetan juga menjadi hal yang perlu diatensi untuk dicarikan solusi. Baik berupa pengaturan slot management, pengaturan waktu dengan baik, termasuk memikirkan bagaimana mengoptimalkan upaya menggunakan moda lain (intermoda).
Harus lebih fokus pada publik transport dan juga water taxi yang bisa menghubungkan antara Bandara Ngurah Rai dengan beberapa tujuan wisata, termasuk ke Canggu ke arah utara dan lain-lain.
Dalam rakor Menko AHY menyampaikan, terkait beautyfikasi tata kelola bandara yang dilakukan tak hanya berorientasi pada pembangunan terminal baru, runway dan sebagainya.
Melainkan, memasksimalkan apa yang sudah ada, termasuk meneraplan sebuah sistem terintegrasi dan tersentralisasi berupa Airport Operator Control Center yang diharapkan bisa menghadirkan banyak solusi dan memudahkan.
“Bali merupakan Bandara nomor dua setelah Soekarno Hatta yang harus dipersiapkan untuk menampung kapasitas penumpang setiap tahunnya dalam jumlah besar dan semakin besar. Kalau kita berbicara ingin memajukan tentu harus ada pertumbuhan,” ucapnya.
Direktur Utama Injourney Airport, Faik Fahmi menyampaikan target yang ditetapkan Menko AHY merupakan hal yang realistis.
“Yang awalnya merencanakan dengan biaya besar sekarang tidak perlu lagi. Yang tadi rencannaya menaikan kapasitas sampai ke 32 juta itu perlu investasi Rp14 triliun ini tidak perlu lagi sampai segitu. Cukup Rp1 triliun saja sudah mampu memenuhi ekspektasi jumlah kapasitas yang kita rencanakan,” jelasnya. M-003
- Editor: Daton