Kukira Kau Rumah, Sebuah Pelajaran Tentang Gangguan Bipolar

Lho, kok tidak ada riwayat trauma?

Riwayat trauma kepala lebih tergolong sebagai faktor resiko bipolar. Pada penelitian tahun 2014, seseorang dengan riwayat trauma kepala pada rentang usia 11-15 tahun memiliki kecenderungan mengalami gangguan bipolar 28 kali lipat. Hipotesisnya akibat proses inflamasi hebat  pada otak yang mengganggu persinyalan kimia dan penyembuhan jaringan otak yang tidak sempurna. Apalagi jika benturan terjadi pada area frontal. Ketidaksempurnaan pada area frontal menyebabkan gangguan pemusatan perhatian, perubahan mood ekstrem, gangguan impuls dan kemampuan social. Jadi, trauma kepala memang dapat menyebabkan gangguan bipolar, namun bukan sebagai penyebab utama ya.

Mengapa orang tua Niskala over protektif?

Orang tua Niskala mungkin terkesan menyebalkan bagi audiens. Ternyata tindakan mereka bukan tanpa alasan, lho! Seseorang dengan gangguan bipolar merasakan setiap emosi berkali-kali lebih hebat dari umumnya. Ketika senang akan menjadi sangat senang atau euphoria, sebaliknya saat sedih akan langsung jatuh pada kondisi depresi, keputusasaan bahkan timbul keinginan untuk menyakiti diri sendiri. Belum lagi ketika terjadi episode dengan gejala campuran, mereka bisa saja merasakan kebahagiaan namun ingin bunuh diri pada waktu bersamaan. Kurang lebih alasan orang tua Niskala adalah upaya untuk melindunginya dari perubahan mood yang ekstrem. Masih ingat adegan ketika Niskala menangis hebat sampai minta tolong pada ibunya karena saking menderitanya? Pasti orang tua tidak ingin melihat anaknya menderita apalagi ada kaitannya dengan mental. Orang tua pasti kesulitan untuk beradaptasi dan terus menerka-nerka apa yang baik dan buruk bagi anak mereka supaya kondisi tetap stabil.

BACA JUGA:  Papilledema dan Kurnia Meiga: Berdalih Non Medis, Ternyata Dampak Alkohol

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *