Resiko Tuberkulosis Masih Ada, Batuk Bukan Melulu COVID-19

Penularan penyakit ini melalui udara dengan penyebab utamanya adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis. Karena sifat bakteri yang tumbuh dan melakukan pembelahan dalam sel hidup, TBC mudah menyebar ke seluruh bagian tubuh. Infeksi berawal pada paru-paru dan dapat menyebar ke organ lain, termasuk ginjal, otak, dan tulang belakang. Umumnya, jaringan yang ditinggali bakteri ini menjadi rusak dan gagal sembuh secara optimal seperti sedia kala. Pada periode revolusi ilmiah, peneliti berlomba-lomba mengembangkan antibiotika yang sesuai untuk penyembuhan TBC.

Gejala Tuberkulosis

TBC dapat menyerang siapa saja. Bedanya, pada orang sehat, TBC tidak aktif dan tidak menular. Anda bisa saja mendapat hasil negatif baik dari tes dahak maupun pemeriksaan rontgen. Namun, jika sistem kekebalan melemah, infeksi menjadi aktif. Saat inilah TBC mulai bergejala dan berpotensi menular. Populasi anak, lansia, penyakit supresi imun, populasi yang dalam pengobatan autoimun dan kanker lebih beresiko karena kekebalan tubuh yang lebih lemah.

BACA JUGA:  Kembali ke Rutinitas: Mendalami Perasaan dan Strategi Pasca Libur Lebaran

Gejala khas TB aktif adalah batuk parah dengan dahak berdarah yang berlangsung selama tiga minggu atau lebih. Gejala lain yang dapat timbul adalah nyeri dada, nyeri tulang, kelelahan hebat, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan drastis, menggigil dan berkeringat pada malam hari. Pada kondisi yang sudah parah, gejala dapat diikuti sesak napas yang memberat tanpa aktivitas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *