Resiko Tuberkulosis Masih Ada, Batuk Bukan Melulu COVID-19

Proses Diagnosis Tuberkulosis

Untuk memastikan diagnosis TBC aktif setelah muncul gejala, Anda dapat memeriksakan diri pada layanan kesehatan terdekat. Hubungi terlebih dahulu untuk menjadwalkan tes dahak SPS. Pada tes ini, Anda akan dipandu untuk menyetorkan dahak terutama pada pagi hari selama 3 periode. Petugas laboratorium akan menganalisis sampel dahak ini dan bersama dengan spesialis paru menyimpulkan apakah Anda positif TBC atau tidak. Pada populasi anak, prosesnya agak berbeda. Mengingat anak sulit untuk berdahak sewaktu-waktu. Prosedur pada anak bernama Tes Mantoux dengan suntikan minimal di bawah kulit. Jika lokasi suntikan lebih besar dari diameter kontrol, menunjukkan infeksi TBC. Tindakan berikutnya adalah konfirmasi dengan rontgen dan kultur dahak.

BACA JUGA:  Dinas Perikanan Badung Gelar 'Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan'

Kalau Positif Gimana?

Ada 2 langkah yang Anda harus ambil setelah mendapat diagnosis positif TBC. Langkah ini berguna untuk kesembuhan Anda dan melindungi orang sekitar Anda.

  • Pengobatan TBC

Tidak perlu takut jika Anda terdiagnosis TBC. Zaman sekarang, kita dapat mengalahkan Tuberkulosis dengan kombinasi antibiotik. Anda hanya perlu komitmen dan sabar dalam menjalani pengobatan tanpa putus hingga tuntas. Pengobatan berjalan 6-8 minggu dengan kombinasi empat obat, berlanjut dua obat selama 18 minggu, dengan durasi total 6-9 bulan. Mengapa ada rentangan? Walaupun terinfeksi bakteri yang sama, kondisi dalam tubuh tiap individu dan respon terapi dapat berbeda. Maka dari itu, perlu kontrol rutin untuk memantau tingkat kesembuhan dan durasi terapi walau gejala mereda atau hilang sama sekali. Serupa dengan kontrasepsi, lupa mengkonsumsi obat TBC sehari dapat menurunkan potensi obat melawan infeksi. Ujungnya, obat kurang efektif, durasi pengobatan bertambah dan bakteri TBC menjadi resisten sehingga perlu mengulang terapi. Bedanya, saat terjadi pengulangan terapi, Anda akan mengkonsumsi kombinasi obat lini kedua untuk mencegah resistensi akibat penggunaan antibiotik serupa jangka panjang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *