Jumat, 17 Mei, 2024

Lanskap Rumah Pengasingan Bung Karno di Kota Ende. (Foto: shutterstock/mriandartasya).

Danau Kelimutu

Kerap dijuluki Danau Tiga Warna, Danau Kelimutu menawarkan keunikan yang jarang dimiliki danau lainnya di Indonesia. Sesuai julukannya, wisata di Ende ini memiliki tiga danau besar yang berbeda-beda warnanya, yakni Tiwu Ata Mbupu (danau warna biru), Tiwu Ata Polo (merah), dan Tiwu Nuwa Muri Koo Fai (hijau).

Danau Kelimutu. (foto: Kemenparekraf)

Semua keindahan danau tiga warna tersebut bisa Sobat Parekraf nikmati dari puncak Gunung Kelimutu, yang memiliki tinggi sekitar 1.639 mdpl. Tak hanya menawarkan pemandangan yang eksotis, ternyata Danau Kelimutu mempunyai nilai sejarah yang dalam. Menurut cerita, Bung Karno sering mengunjungi Danau Kelimutu selama pengasingan di Ende. Bahkan menuliskan sebuah naskah drama berjudul: Rahasia Kelimutu.

Desa Adat Wologai

Wisata di Ende juga kental dengan budaya, hal ini bisa Sobat Parekraf lihat langsung di Desa Adat Wologai. Desa wisata ini berada di ketinggian 1.045 mdpl, dan terdapat rumah-rumah adat yang cukup unik. Rumahnya berbentuk panggung, dengan atap menjulang di atas pondasi batu. Konon, desa adat yang berada di Wologai Tengah, Detusoko, Ende ini sudah berumur lebih dari 800 tahun.

BACA JUGA:  Segera Ditender, Penataan Kota Tua Pantai Ampenan, Anggarannya Rp 4,5 Miliar
Deretan rumah adat di di Desa Adat Wologai, Ende (Foto: Shutterstock/umikem)
Deretan rumah adat di di Desa Adat Wologai, Ende (Foto: Shutterstock/umikem)

Saat mengunjungi Desa Adat Wologai, Sobat Parekraf melihat aktivitas warga secara langsung. Mulai dari mengolah kopi, mengolah biji kenari, berkebun, hingga beternak. Paling menarik, di desa ini Sobat Parekraf bisa melihat warga membuat kerajinan boneka kayu kecil, yang bisa dijadikan cendera mata khas dari Desa Adat Wologai.

Bukit Liaga

Kalau di Labuan Bajo punya Bukit Padar, di Ende punya Bukit Liaga. Destinasi wisata ini berada di Desa Kotabaru, atau berjarak sekitar 100 km dari pusat Kota Ende. Bukit Liaga menawarkan pemandangan Pantai Bele dan Pantai Aewa dari atas bukit. Saat musim kemarau, Sobat Parekraf akan melihat hamparan rerumputan berwarna kuning yang memberi kesan eksotis.

Untuk menikmati pemandangan di atas Bukit Liaga, Sobat Parekraf harus mendaki selama 15 menit. Meski medannya cukup melelahkan, setibanya di puncak semua akan terbayarkan dengan pemandangan alam yang indah.

BACA JUGA:  Target Wisatawan Libur Lebaran, Pengelipuran Tawarkan Sensasi Baru dan Atraksi Budaya

Danau Tiwusora

Berada di Desa Tiwusora, Lepembusu Kelisoke, Ende, Danau Tiwusora menawarkan pemandangan sabana yang menghijau. Keindahannya makin memukau dengan pemandangan air danau yang berwarna hijau jernih. Danau Tiwusora adalah danau yang disucikan oleh masyarakat Ende. Warga sekitar percaya kalau arwah orang yang sudah meninggal akan masuk ke dalam danau tersebut, lalu menjelma sebagai belut raksasa.

Saat mengunjungi Danau Tiwusora, Sobat Parekraf akan disambut secara adat oleh tetua adat. Biasanya, wisatawan akan mendapatkan kalung dari untaian rumput. Setibanya di danau, kalung ini harus kita lemparkan ke air. Konon, penyambutan ini sebagai tanda kalau leluhur sudah mengenal tamu atau wisatawan yang datang.

Pantai Batu Biru

Seperti yang kita ketahui, keindahan pantai di timur Indonesia tak perlu diragukan lagi. Begitu juga destinasi wisata di Ende yang satu ini. Pantai Batu Biru terbilang unik, karena di area pesisir pantai terdapat bebatuan warna-warni, mulai hijau ungu, kuning, merah, biru, hingga berlapis warna lainnya.

BACA JUGA:  Kampung Tenun Rabadompu Punya Nilai Sejarah, Mas Menteri Sandiaga Dorong Pengembangan Potensi Kain Tenun Bima 

Sepanjang Pantai Batu Biru juga terdapat tebing kapur berwarna hijau yang menambah daya tarik pantai ini. Untuk menikmati pantai dengan ombak cukup besar ini, Pantai Batu Biru terletak di Penggajawa, Nangapanda, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur.

  • Editor: DRB

Berita Wisata Lainnya: