KLUNGKUNG,MENITINI.COM-Desa Jungut Batu, Nusa Lembongan, mulai menggeliat dengan semangat baru. Melalui program Desa Berdaya Rumput Laut, potensi “emas hijau” yang sempat terabaikan kini dibangkitkan kembali dengan pendekatan berbasis inovasi dan sinergi lintas sektor.
Pada Selasa (20/5/2025) diadakan acara panen perdana bank bibit rumput laut – Desa Berdaya, yang disaksikan langsung oleh Kajari Klungkung, Dr. Lapatawe B Hamka, S.H., M.H., Dandim 1610/Klungkung Letkol Inf Armen, Kepala Desa dan warga Jungut Batu, perwakilan PT. PLN (Persero) serta dari perwakilan Bank BNI.
Program ini merupakan kolaborasi multipihak antara Yayasan Jagastana, PT PLN (Persero) melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), serta Kementerian BUMN Republik Indonesia, yang bertujuan memperkuat kapasitas petani rumput laut dan masyarakat pesisir melalui pembangunan Bank Bibit, penggunaan teknologi budidaya berkelanjutan, pelatihan serta pengolahan produk berbasis rumput laut, pembentukan dan penguatan koperasi, dan potensi pengembangan ekowisata edukatif.

Rumput laut, yang selama ini menjadi salah satu komoditas unggulan Indonesia, menyimpan nilai ekonomi yang besar. Data tahun 2025 mencatat Indonesia memproduksi 10,6 juta ton rumput laut, setara dengan 226,23 juta dolar AS. Bahkan, 26,5% dari permintaan rumput laut dunia disuplai dari Indonesia, menjadikannya sebagai pemain global utama dalam industri ini.
Namun, ironi terjadi di Desa Jungut Batu, yang justru sempat meninggalkan pertanian rumput laut demi iming-iming penghasilan cepat dari sektor pariwisata. Banyak lahan terbengkalai, pengolahan produk bernilai tambah belum maksimal, dan akses pasar masih terbatas.
Melihat peluang besar yang terpendam ini, Yayasan Jaga Alam Sejahtera (Jagastana) meluncurkan program Desa Berdaya Rumput Laut.
“Program ini dirancang sebagai wadah pemberdayaan bagi petani, pelaku UMKM, dan masyarakat desa dengan pendekatan inklusif dan berkelanjutan,” ujar Ketua Yayasan Jagastana, Ni Luh Putu Yuniari, S.I., MBA., CCML., CHCP.
Program ini mendapat dukungan penuh dari Kementerian BUMN dan PT PLN (Persero) melalui pendanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). Wakil Ketua II Jagastana, Prof. Luh Putu Mahyuni, Ph.D., menjelaskan bahwa program mencakup pelatihan budidaya inovatif, pengolahan produk, pemasaran, hingga pengembangan wisata edukasi rumput laut. Tak hanya itu, dukungan berupa bank bibit unggul, alat teknologi budidaya, sistem pengering, hingga pendirian koperasi masyarakat juga disiapkan.
Inovasi yang diimplementasikan dalam program ini merupakan hasil kolaborasi berbagai lembaga riset seperti Universitas Udayana, Universitas Diponegoro, Undiknas, BRIN, serta pihak swasta seperti PT Siwa, PT Nala, dan Nirvana Lembongan.
Puncak dari rangkaian kegiatan awal program ini adalah panen perdana rumput laut hasil inovasi budidaya pada 20 Mei 2025, bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional. Momentum ini menjadi simbol kebangkitan ekonomi pesisir yang berbasis masyarakat dan lingkungan.

Deputi Bidang SDM, Teknologi, dan Informasi Kementerian BUMN, Teddy Barata, menekankan bahwa dukungan kementerian tidak hanya menyasar aspek ekonomi, tetapi juga menyentuh isu keberlanjutan. “Rumput laut berkontribusi dalam pengurangan jejak karbon, sehingga setiap produk yang dihasilkan mendukung mitigasi perubahan iklim,” jelasnya.
EVP Komunikasi Korporasi dan TJSL Gregorius Adi Trianto, menegaskan komitmen PLN untuk mendukung program-program yang menyentuh kesejahteraan masyarakat sekaligus menjaga lingkungan.
Kepala Desa Jungut Batu, I Made Gede Suryawan, mengapresiasi hadirnya program ini. “Pembangunan desa membutuhkan sinergi berbagai pihak. Saya yakin program ini akan membantu mengembangkan industri rumput laut terintegrasi berbasis masyarakat,” ujarnya.
Desa Jungut Batu kini menjadi harapan baru, model inspiratif bagaimana sinergi masyarakat, pemerintah, akademisi, dan swasta bisa membangkitkan kembali potensi lokal—menjadikan rumput laut bukan sekadar komoditas, tapi simbol keberdayaan dan pelestarian lingkungan. (M-011)
- Editor: Daton