• Home
  • LINGKUNGAN
  • Akumulasi Limbah Sisa Makanan di Bali Capai Rata-rata 150 Kilo Sehari per-TPS
Webinar Berkah Bali Food Waste

Akumulasi Limbah Sisa Makanan di Bali Capai Rata-rata 150 Kilo Sehari per-TPS

Muliarta mengungkapkan, era digital saat ini menyebabkan pola pembelian makanan memberi kontribusi terhadap jumlah limbah makanan yang dihasilkan. Semakin besar rata-rata pengeluaran untuk membeli bahan makanan pada satu waktu, semakin besar kemungkinan menghasilkan lebih banyak limbah makanan.

Limbah makanan tidak hanya berdampak buruk pada lingkungan, tetapi juga memainkan peran utama dalam menciptakan kerugian ekonomi dan masalah sosial yang tidak perlu.

Dampak ekonomi yang besar dari membuang makanan mempengaruhi semua individu dan organisasi yang terlibat dalam rantai penyediaan makanan. 

Apalagi fenomena di negara maju, makanan dipandang sebagai komoditas sekali pakai. Dampaknya sekitar sepertiga atau setengah dari semua makanan yang diproduksi untuk konsumsi manusia secara global diperkirakan akan terbuang percuma.

BACA JUGA:  Terbitkan 378 Surat Rekomendasi Penerbitan Air Bawah Tanah, Begini Dalil Pejabat Perumda Tirta Mangutama

“Contoh kasus dalam sebuah penelitian tahun 2011 di Inggris, kontribusi terbesar untuk limbah makanan berasal dari rumah sebesar 8,3 juta ton per tahun, merugikan konsumen sebesar £12 miliar dan menyumbang 3% dari emisi gas rumah kaca Inggris” jelasnya. 

Menurut Muliarta, praktek buruk pembuangan limbah makanan berdampak pada lingkungan berupa emisi gas rumah kaca, lindi, dan bau. Tumpukan limbah makanan akan menghasilkan gas metana yang memiliki potensi pemanasan global 25 kali lebih besar daripada karbon dioksida dalam 100 tahun.

“Umumnya alasan rumah tangga tidak melakukan pemilahan sampah adalah terlalu malas, memiliki kesenjangan pengetahuan dan kurangnya fasilitas. Ini masalah klasik” katanya. 

Muliarta menyebutkan frekuensi makan berpengaruh cukup signifikan terhadap produksi limbah makanan. Dalam survei di kawasan Saridewi, Denpasar Utara yang telah menerapkan konsep zero waste sejak tahun 2020 terungkap bahwa 76,40% warga Saridewi memiliki frekuensi makan 3-4 kali dalam sehari.

Releated Posts

Sekda Badung Akui Ada Kawasan Kumuh di Kabupaten Badung

BADUNG,MENITINI.COM-Sekretaris Daerah (Sekda) Badung I Wayan Adi Arnawa mengakui jika di dua kecamatan di Kabupaten Badung terdapat permukiman…

ByByEditorApr 29, 2024

Sosialisasi Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber di Lapangan Niti Mandala

DENPASAR,MENITINI.COM-Pemkot Denpasar melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) mencanangkan Komitmen Bersama Pengelolaan Sampah di Sumbernya. Pencanangan yang…

ByByEditorApr 29, 2024

Yogyakarta Bukti Ilmiah Keberhasilan Proyek Wolbachia di Indonesia

DENPASAR, MENITINI.COM-International Arbovirus Summit Indonesia 2024 digelar di Bali Senin (22/4/2024). Pada kesempatan itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi…

ByByRedaksiApr 24, 2024

1000 Tukik dan 1000 Burung akan Dilepas di KEK Bali Sambut WWF Ke-10

DENPASAR, MENITINI.COM-Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura-Kura Bali akan menggelar Bali Nice untuk menyongsong World Water Forum (WWF) ke-10…

ByByA NApr 24, 2024

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Akumulasi Limbah Sisa Makanan di Bali Capai Rata-rata 150 Kilo Sehari per-TPS | Laman 2 dari 3 | Berita Menitini