Minimalisir Sampah Plastik, Bekas APK Didaur Ulang Jadi Tas

DENPASAR, POS BALI – Seiring berakhirnya masa kampanya, alat peraga kampanye (APK) berupa baliho, spanduk, dan sebagainya yang telah beberapa bulan ini menghias pinggir jalan dan titik-titik lainnya kini mulai diberangus. Pepasan APK tersebut ada yang dilakukan secara pribadi oleh para caleg maupun dibuka paksa jajaran Satuan Polisi Pamong Praja.

Setelah selesai digunakan untuk mempublikasi diri, keberadaan APK yang telah diturunkan ini tentu menimbulkan masalah baru. APK bernagai jenis ini tergolong sebagai sampah plastik yang akan memakan waktu jika diuraikan secara alami.

Berbekal kegelisahan itu, ide kreatif pun muncul  dari salah seorang pelaku UMKM di Denpasar, Anthi Wijaya. Melalui daya kreatifnya, ia pun mencoba mendaur ulang kembali sampah plastik sisa APK itu untuk dijadikan baramg yang lebih bermanfaat, salah satunya tas. “Ide awalnya berasal dari keresahan saya melihat banyaknya baliho yang dipasang di pinggir jalan dan setelah selesai baliho itu berakhir di tempat sampah, atau paling sering menjadi penutup mobil atau motor,” katanya pekan lalu di Denpasar.

Menurutnya, APK yang terbuat dari plastik memiliki efek yang berbahaya bagi lingkungan lantaran sulit diurai secara alami. Di sisi lain keberadaannya juga bertentangan dengan kebijakan Gubernur Bali I Wayan Koster yang selama beberapa bulan terakhir sangat konsen memberantas sampah plastik. “Oleh karena itulah kami manfaatkan baliho-baliho tersebut menjadi barang yang bisa kembali memiliki nilai guna. Untuk sementara, kami buat barang-barang  ini menjadi tas, berupa tas slempang dan tote bag,” katanya.

Ia mengatakan, dalam upaya mendaur ulang bahan-bahan dasar APK tersebut, pihaknya menamai proyek tersebut sebagaj “Bali Sacred Recycle Project”. Ke depan, gerakan tersebut diharapkan dapat menjadi motor penggerak pemanfaatan barang-barang yang sudah tidak dipakai agar kembali memiliki daya guna.

Di sisi lain, ia berharap melalui gagasan mendaur ulang bahan-bahan APK tersebut dapat sejalan dan mendukung Program Pemrov Bali dalam menekan produksi sampah plastik di Bali. Menurutny, sebagai daerah tujuan wisata, kebersihan lingkungan menjadi salah satu indikator yang harus diperhatikan masyarakat guna memberi efek nyaman pada wisatawan. 

Terkait harga jual, tas daur ulang itu dibandrol dengan harga yang relatif terjangkau. Sebuah tas slemang dan tote bag berbahan besa APK ia bandrol seharga Rp75 ribu. Sementara, dari sisi penjualan, tas hasil kreasinya kini banyak diminati oleh masyarakat.

Konsumennya pun diakui banyak berasal dari luar Balk, khususnya daerah Jawa Tengah. “Saat ini kami melakukan jual-beli melalui media sosial online. Apa yang kami lakukan diharapman dapat menjadi solusi maslaah sampah di Denpasar. Selain itu, kami ingin mengajak masyarakat untuk peka, sebab dengan kepekaan, benda yang awalnya tak memiliki guna bisa kembali berguna,”katanya mengakhir. eri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *