Jurnalisme Harus Berbagi Ruang dengan Kehadiran Platform Digital, Begini Penjelasan Para Jurnalis

Sementara itu, Direktur Utama Perum LKBN Antara, Meidyatama Suryodiningrat
menyampaikan terima kasih kepada penulis yang telah menuliskan buku berjudul “Dialetika Digital” ini. “Saya berterima kasih kepada Pak Agus. Beliau memiliki kepedulian terhadap industri media dan profesi jurnalistik yang jauh lebih panjang. Sehingga susah untuk mengkritik,” ujarnya .

Menurutnya, buku ini sangat menarik kendati dirinya tidak menemukan jawaban dalam membacanya. Namun menurutnya, membaca buku adalah sebuah cara untuk mendorong proses dialektika dalam pemikiran. “Namun apakah saya menemukan jawaban dalam buku ini, saya mengatakan, saya tidak menemukan satu pun jawaban di dalam buku ini. Tapi memang kita membaca buku itu bukan unutk mencari jawaban melainkan mendorong proses dialetika dalam pemikiran,” tukasnya.

BACA JUGA:  Presiden Jokowi Apresiasi Keanggotaan Penuh Indonesia dalam FATF

Meidyatama mengatakan, ada dua hal yang didapatkan setelah membaca buku ini. Pertama adalah secara filosofis, jurnalisme yang diagungkan sebagai pilar keempat demokrasi kehilangan monopoli. “Pada akhirnya jurnalisme sudah kehilangan monopoli sebagai pilar keempat tersebut. Itu yang jadi pertanyaan secara filosofis masih relevankah?” terangnya.

Aspek kedua, tambahnya, adalah aspek bisnis. Pertama adalah kegagalan media mencari model bisnis yang baru dan yang kedua adalah kegagalan menggunakan sistem ekonomi yang baru ini. Padahal ini adalah persaingan bisnis,” tanya Meidyatama.

Di tempat yang sama, jurnalis senior Don Bosco Salamun mengapresiasi diterbitkannya buku ini. Dia lantas merekomendasikan kepada para pimpinan media untuk membacanya. “Buku ini bagus untuk membuka wawasan tentang pertarungan media konvensional dengan platform digital yang oleh penulis dilukiskan dari berbagai kasus dan dari berbagai negara,” terang Don.

BACA JUGA:  Presiden Jokowi Tiba di Kalbar, Disambut Prosesi Adat Tepung Tawar

Ia menjelaskan, dalam buku ini diperlihatkan bagaimana bargaining antara media konvensional membuat platform digital ini bisa duduk bersama mendapatkan satu hasil yang baik dan positif. “Di sini diambil beberapa contoh seperti di Jerman, Australia, Inggris dan seterusnya memperlihatkan bahwa orang tidak boleh maju sendiri-sendiri. Harus maju bersama-sama. Tentu juga pemerintahnya,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *