DENPASAR,MENITINI.COM – Warga Kesiman Kertalangu, memasang baliho penolakan terhadap kehadiran Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Kesiman Kertalangu. Pemasangan baliho ini dilakukan Jumat, (21/7/2023) oleh warga sekitar yang sangat terganggu dengan bau busuk dari sampah di TPST Kesiman Kertalangu selama ini.
Baliho bertuliskan, “Desa Budaya Berubah Jadi Desa Baudaya.” Selain itu ada juga tulisan “Kami Masyarakat Tidak Terima Janji Busuk Apalagi Bau Busuk!”. Tak berselang lama baliho diturunkan lagi karena ada permintaan dari Wali Kota, Jayanegara.
Pemasangan baliho tersebut ramai dibagikan di grup media sosial. Salah satunya dibagikan pengguna media sosial Gede Tulus Sukayasa di akun Facebooknya. “Ampura baliho sudah dipasang warga kami. Kami tidak bisa membendung rasa kecewa dari warga warga kami. Mungkin akan ada baliho baliho pernyataan sikap dari warga/banjar banjar lain yang akan terpasang ,Tidak tau pergerakan apa yg akan warga lakukan selanjutnya, Rahayu Desa Kesiman Kertalangu Ku,” tulisnya.
Bahkan, video aksi pemasangan baliho kekecewaan warga tersebut, sempat beredar di grup-grup WhatsApp. Namun, tak lama kemudian, baliho tersebut dicopot. Bahkan anehnya, Kepala Dusun Banjar Biaung, Kesiman Kertalangu, I Wayan Suana mengaku rencana aksi warga untuk menyampaikan keluhan bau sampah TPST Kertalangu yang akan digelar Minggu (23/7), juga mendadak dibatalkan. “Dibatalkan. Makanya Pak Wakil Wali Kota Denpasar sudah turun ke lapangan tadi malam (kemarin),” katanya.
Bau busuk TPST Kesiman Kertalangu sudah dikeluhkan warga sejak TPST mulai dioperasikan. Pengelola sudah berjanji untuk menangani tersebut. Namun hingga hari ini, bau busuk tersebut masih tercium.
Sebelumnya prajuru Banjar Biaung, Desa Kesiman Kertalangu, Kade Oka Widiantara Denpasar mengatakan warganya mengeluhkan bau dan polusi yang dihasilkan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Bahkan ada warganya mengalami gangguan kesehatan. “Dari warga sudah banyak mengeluh sampai ada mual dan muntah, serta batuk serta radang dan ibu hamil sampai mengenakan masker untuk keluar rumah,” ucapnya di Denpasar, Rabu (19/7).
Ia menambahkan, permasalahan bau dan polusi udara yang dihasilkan sudah ada sejak awal beroperasinya TPST tersebut.“Dari awal berdiri sudah bau dan asapnya menyebar kemana-mana warga banyak mengeluh akibat bau dan polusi yang dihasilkan oleh TPST ini,” ujarnya sembari menyampaikan pihak warga sudah melakukan pertemuan dengan pengelola TPST untuk mencari solusi. “Dari kelian dinas dan kepala desa sudah berkali-kali melakukan pertemuan, dengan pihak pengelola TPST untuk mencari jalan keluar, kemudian dari pihak pengelola berjanji untuk memperbaiki sistemnya tapi sampai sekarang bau masih menyengat,” bebernya.
Pihak warga sudah melakukan penandatanganan petisi untuk melakukan protes keberatan terhadap bau dan polusi dari TPST.“Warga sudah melakukan penandatanganan petisi untuk keberatan terhadap bau yang dihasilkan dari pengelolaan sampah di TPST tersebut,” tegasnya.
Ia menekankan, keberatan warga adalah bau serta polusi yang dihasilkan bukan keberadaan TPST. “Saya luruskan yang menjadi keberatan warga adalah polusi serta bau yang dihasilkan bukan keberadaan TPST,” tandasnya. (M-003)
- Editor: Daton
Berita Lainnya:
- 85 Ribu Siswa Kota Denpasar Nyanyikan Lagu ‘Cinta, Bangga, Paham Rupiah’ Hingga Pecahkan Rekor MURI
- WWF Peluang bagi Bali untuk Dikukuhkan Sebagai Pariwisata Regeneratif
- Kepala Stasiun RRI Ambon Resmi Dinakhodai Budi Nugroho
- Presiden Jokowi ‘Melali’ ke Lombok Epicentrum Mall, Pengunjung Histeris
- Gelaran WWF ke-10, TPA Suwung Ditutup Tiga Hari, Ini Alasannya