Penularan Covid-19 di Indonesia Tak Memburuk, Begini Penjelasan Epidemilog di Depan Presiden Jokowi

BALI, MENITINI.COM Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menyebut laju penularan Virus Corona di Indonesia tak memburuk. Penambahan angka kasus Virus Corona karena peningkatan jumlah tes.

Kenaikan jumlah kasus positif Corona setiap harinya disebabkan oleh pengujian Corona yang bertambah. Rinciannya, jumlah tes pada Mei mencapai 26 ribu, pada Juni naik menjadi 53 ribu.

“Bahwa tidak hanya jumlah kasus yang kita lihat tapi berapa juga jumlah pemeriksaan yang kita lakukan,”  kata Epidemiolog di Gugus Tugas Covid-19,  Dewi Nur Aisyah, dalam konferensi pers bersama Presiden Jokowi, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (24/6/2020)

Aisyah menambahkan bahwa ada 112 Kabupaten/Kota yang tidak terdampak atau tidak ada kasus positif  baru Covid-19. “Update per 21 Juni 2020 ada 112 Kabupaten Kota tidak terdampak atau tidak ada kasus baru,” ujarnya.

Kendati begitu, masih ada 57 Kabupaten/Kota yang beresiko tinggi, 157 kabupaten dan kota resiko sedang, dan 188 Kabupaten dan Kota resiko rendah.

Diketahui, jumlah kasus positif Virus Corona (Covid-19), per Rabu (24/6), mencapai 49.009 kasus atau bertambah 1.113 orang dari hari sebelumnya. Dari jumlah total itu, 19.658 orang dinyatakan sembuh dan 2.573 orang lainnya meninggal dunia. “Semua orang sekarang terkadang bingung. Kenapa angkanya hariannya kita bertambah besar?” kata Dewi Nur Aisyah

Padahal, menurutnya, kondisi laju penularannya antara bulan lalu (saat masih PSBB di berbagai daerah) dengan Juni (ketika new normal diterapkan) ini masih sama. “Laju penularannya masih sama di Indonesia. Kita tidak bisa bilang kondisinya memburuk. Tidak. Kondisinya sama,” tegasnya.

Sementara itu, Presiden Jokowi mengatakan data perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia saat ini semakin baik dan lengkap. Data tersebut, katanya, akan digunakan pemerintah untuk menerapkan kebijakan terkait penanganan Corona. “Data yang kita miliki sangat komplet dan dari data-data itulah kita putuskan kebijakan,” ujar dia, dalam konferensi pers itu.

Jokowi pun mengingatkan agar daerah yang ingin segera menjalani tatanan kehidupan baru atau new normal tetap harus merujuk pada data kasus yang dimiliki gugus tugas tersebut. “Suatu daerah yang ingin masuk ke normal harus melalui tahapan-tahapan data yang kita lihat itu. Prakondisi seperti apa, kemudian timing-nya, kemudian prioritas di sektor apa semuanya berdasar data-data yang kita miliki,” katanya.

Untuk mengukur penyebaran Covid-19, para ahli epidemiologi memakai Rt, atau reproduksi efektif. Menurut data Bonza, start-up yang mengukur laju reproduksi Corona, berdasarkan data per 24 Juni, ada 14 provinsi dengan Rt di bawah 1 atau batas aman. 20 provinsi lainnya, termasuk DKI Jakarta, masih memiliki RT di atas 1.

Sebelumnya, Epidemolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman menilai dalih peningkatan kasus Corona sebagai dampak penambahan tes massal tak tepat. Baginya, alasan itu bisa gugur seandainya ada pengendalian Covid-19 lewat kebijakan yang tepat dan edukasi warga yang benar sejak awal. “Temuan kasus meningkat akibat cakupan tes yang meningkat [itu] betul,” kata dia.

Kendati begitu lanjutnya, harus dipahami adalah cakupan test meningkat tidak akan menemukan kasus banyak jika pencegahan sudah berhasil dilakukan, jika masyarakat semakin sadar, dan jika pengendalian Covid berhasil poll

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *