Sabtu, 7 Desember, 2024

Bitcoin Koreksi Selama Sepekan, Mampukah Sentuh $100k?

JAKARTA,MENITINI.COM-Setelah beberapa kali mencapai All-Time High (ATH), Bitcoin terpantau terkoreksi 2,67% selama sepekan terakhir. Melansir CoinMarketCap, harga Bitcoin saat ini berada di level $96.000 (29/11/2024), turun dari level tertingginya di $99.500 yang tercipta pada 23 November lalu. Kendati demikian, indeks psikologis Fear and Greed Index masih menunjukkan sentimen pasar kripto yang berada di poin 83 yang berarti extreme greed.


Merespon kondisi tersebut, Crypto Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin mengatakan prospek bitcoin menembus level $100k di sisa tahun ini cukup terbuka mempertimbangkan tren adopsi investor institusi yang berpotensi dapat semakin berkembang, terlebih apabila perusahaan seperti Microsoft kemudian memutuskan untuk turut mengadopsi Bitcoin, yang kabarnya akan diputuskan pada 10 Desember nanti.

“Dinamika geopolitik dan inflasi telah menjadi bagian dari fluktuasi harga di pasar crypto khususnya di sepanjang tahun ini, namun kami melihat situasi yang ada saat ini masih relatif cukup kondusif bagi pasar kripto. Potensi akan adanya penurunan suku bunga pada FOMC Desember sebesar 25 bps menurut kami juga masih cukup terbuka di tengah outlook yang cenderung cukup mixed saat ini,” ungkap Fahmi dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (30//11/2024).

Performa Bitcoin di bulan November sejauh ini di angka +36% juga merupakan performa kenaikan harga tertinggi keempat di bulan November setelah November 2013 dengan +449%, 2017 dengan +53%, dan 2020 dengan +43%. Angka tersebut juga lebih tinggi dari rata-rata historis. “Peristiwa pemilu AS dan berlanjutnya tren penurunan suku bunga memegang peran penting terkait performa Bitcoin di bulan ini di samping kondisi pasar yang memang secara siklus besarnya sudah memasuki periode reli utama pada siklus bullish yang ada,” imbuhnya.

BACA JUGA:  Menparekraf Temui Pelaku Usaha Bali Bahas Arah Pembangunan Sektor Parekraf ke depan

Apabila dilihat, tahun 2013, 2017, dan 2020 merupakan tahun di mana reli utama fase bullish di pasar crypto mulai terjadi. Ini artinya, menilik statistik historis, terdapat potensi besar terhadap kemungkinan akan berlanjutnya kenaikan harga Bitcoin dari level yang ada saat ini. Hal ini juga turut diperkuat oleh statistik data komposisi investor Bitcoin yang dilihat dari UTXO Age Bands seperti yang dipublikasikan oleh perusahaan analitik kripto CryptoQuant misalnya.

“Indikator yang dikompilasi CryptoQuant tersebut mengindikasikan harga pasar Bitcoin saat ini yang masih jauh dari potensi peak-nya. Pada siklus-siklus bullish sebelumnya, overvaluasi dan optimisme investor yang terlalu tinggi biasanya juga mengiringi kondisi peak harga Bitcoin yang ditandai dengan meningkatnya proporsi investor baru. Kedua kondisi tersebut saat ini masih belum terlihat, yang mengindikasikan adanya potensi kenaikan harga lanjutan untuk Bitcoin dari level harganya saat ini,” ungkapnya.

BACA JUGA:  Kebijakan Ekonomi Pro Rakyat, CEO Promedia: Stop Impor Beras, Sapi, dan Daging Beku Rugikan Petani dan Peternak!

Kepemilikan Bitcoin oleh investor baru (short term holder) menurut indikator tersebut saat ini masih berada pada proporsi sekitar 50%. Jauh lebih rendah dibandingkan proporsi yang lebih dari 90% pada peak harga Bitcoin tahun 2017 dan 80% pada peak tahun 2021.

Menyoal koreksi Bitcoin dalam beberapa hari terakhir ini, Fahmi mengatakan terdapat penurunan jumlah investor Bitcoin yang melakukan pembelian pada periode 12-18 bulan yang lalu yang mengindikasikan adanya aksi profit taking.

“Namun, outlook kebijakan suku bunga The Fed yang cenderung mixed juga besar kemungkinan menjadi faktor yang sangat dipertimbangkan investor di balik keputusan investasi mereka. Di sisa tahun ini, kejelasan lebih mengenai langkah kedepan pemerintah AS di bawah kepemimpinan Trump akan menjadi faktor krusial yang akan sangat diperhatikan oleh investor. Selain itu, kondisi inflasi di tengah tren penurunan suku bunga yang ada juga akan menjadi salah satu faktor penentu. Dari sisi proyek crypto sendiri, semakin meningkatnya adopsi aplikasi-aplikasi terdesentralisasi akan menjadi indikasi positif untuk fase bullish yang lebih panjang, namun begitu juga sebaliknya,” kata Fahmi.

BACA JUGA:  Pemkab Jembrana Gelar  Pameran UMKM  di Pasar Umum Negara


Secara timeframe yang lebih panjang, tren bullish yang ada masih terlihat solid, namun melalui indikator moving average kami melihat adanya cross antara ma5 dan ma10 dalam chart 1d yang mengindikasikan potensi koreksi dari titik saat ini ($95.6k) yang mungkin akan berlangsung hingga akhir tahun ini. “Namun sinyal yang terbentuk tersebut masih cukup awal dan berpotensi dapat berubah seperti yang terjadi pada 4 November lalu di mana terjadi kondisi teknikal serupa yang kemudian gagal berlanjut karena kembali terjadinya cross pada 6 November, dan Bitcoin kembali melanjutkan relinya” lanjutnya.


Terkoreksinya harga Bitcoin seperti saat ini dapat menjadi potensi bagi investor untuk mengeksplorasi pasar kripto guna mencari peluang pertumbuhan dalam jangka waktu yang lebih panjang. “Investor pemula ataupun berpengalaman yang cenderung mengutamakan fundamental suatu aset, dapat berinvestasi di aset crypto yang memiliki kapitalisasi pasar besar seperti Bitcoin, Ethereum, dan lainnya yang memiliki likuiditas besar dan relatif lebih aman. Misalnya di fitur Packs di Reku, investor bisa berinvestasi pada berbagai crypto blue chip dalam sekali swipe untuk memudahkan diversifikasi,” jelasnya.

  • Editor: Daton