Maia Estianty Drop Karena GERD, Kok Bisa?

Pencegahan dan Terapi

Karena lifestyle termasuk salah satu pencetus, maka dapat kita awali dengan perubahan lifestyle sebelum beralih ke terapi farmasi. Dalam banyak kasus, refluks dapat teratasi dengan perubahan gaya hidup dan pola makan. Anda dapat menyimpan catatan jadwal makanan atau perencanaan makan sambil mengamati tanda gejala yang timbul setelahnya. Catatan ini bisa memandu Anda pada pilihan makanan yang menurunkan kejadian refluks. Perubahan lain yang dapat Anda lakukan seperti mengurangi minuman berkarbonasi, hindari makan dalam 2-3 jam sebelum tidur, hindari olahraga berat setelah makan dan tidur dalam posisi kepala lebih tinggi dari kerongkongan. Selain itu biasakan untuk makan perlahan dengan jumlah kunyahan lebih banyak, makan dalam porsi lebih kecil namun sering, kontrol berat badan dan sebisa mungkin menghindari paparan asap rokok.

BACA JUGA:  Vaksin Demam Berdarah: Pentingnya Perlindungan Komunitas

Untuk terapi farmasi dapat Anda konsultasikan pada dokter jika gejala tidak mereda setelah merubah lifestyle. Beberapa obat yang mungkin dokter resepkan untuk Anda meliputi penetral asam lambung, penghambat aliran cairan ke dalam usus, pelindung lapisan usus dan penghambat produksi asam lambung. Contohnya seperti antasida, bismut subsalisilat, penghambat reseptor H2, dan penghambat pompa proton. Seluruh obat ini harus Anda konsumsi dalam jangka minimal 2 minggu karena bekerja perlahan dan simultan untuk mencapai efek maksimal. Nah jika ada gejala parah seperti muntah yang hebat tidak kunjung berhenti, muntah empedu atau darah, gangguan penelanan dan pernapasan jangan ragu segera dapatkan bantuan medis terdekat. Penanganan GERD sedini mungkin mencegah keparahan dan perawatan yang memanjang. (M-010)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *