“Performance dari pilar lingkungan masih ada di bawah pilar ekonomi dan lingkungan tetapi sudah menunjukkan peningkatan dan ini menjadi menarik. Tentu ada pekerjaan rumah dalam konteks lingkungan,” tuturnya.
Kedepannya GEI akan menjadi acuan perencanaan dan kebijakan bagi pemangku kepentingan dan menjadi pengingat untuk terus mendorong perbaikan kondisi sehingga target visi 2045 tercapai dengan lebih hijau lagi. Lebih lanjut ditekankan oleh Medrilzam, untuk mewujudkan visi 2045 dibutuhkan pertumbuhan ekonomi sekitar 6 persen.
Adapun saat ini untuk mencapai level 5 persen membutuhkan upaya lebih keras akibat adanya pandemi Covid-19. Sehingga dibutuhkan lompatan. Transformasi ekonomi melalui ekonomi hijau diyakininya dapat menjadi pengubah situasi tersebut.
Dari data yang dipaparkan, transisi menuju ekonomi hijau dapat memberikan sejumlah manfaat positif bagi Indonesia. Contohnya, ekonomi hijau diklaim dapat menghasilkan tambahan 1,8 juta tenaga kerja di sektor hijau pada 2030 yang tersebar di sektor energi, kendaraan elektronik, restorasi lahan, dan sektor limbah.
Di sektor lingkungan, 40.000 jiwa terselamatkan dari pengurangan polusi udara di 2045, restorasi jasa ekosistem bernilai USD4,75 triliun per tahun pada 2060, 3,2 juta hektar hutan primer terlindungi pada 2060, penambahan tutupan hutan 4,1 juta hektar pada 2060, peningkatan luas hutan mangrove menjadi 3,6 juta hektar pada 2060, dan peningkatan ketahanan iklim perekonomian.
PDB rata-rata di angka 6,1-6,5 persen per tahun hingga 2050, 87-96 miliar ton emisi Gas Rumah Kaca yang diselamatkan pada rentang 2021-2060, hingga 68 persen penurunan intensitas emisi di 2045, Pendapatan Nasional Bruto (PNB) lebih tinggi di rentang 25-34 persen, setara USD 13.890-14.975 per kapita pada 2045. M-003