Potensi Hortikultura di Bali Belum Terkoneksi dengan Pariwisata

DENPASAR, MENITINI-Pengembangan hortikultura di Indonesia hingga saat ini dirasakan belum optimal. Padahal pemerintah telah memberikan perhatian serius dan merupakan sektor andalan nasional. Hal tersebut disampaikan Ketua Bidang Organisasi, Perhimpunan Hortikultura Indonesia (Perhorti)  Liferdi Lukman pada acara hortalk serangkaian acara pengukuhan Perhorti) Komisariat Daerah Bali  periode 2022-2025 di Gedung Agrokompleks, Universitas Udayana, Denpasar, Sabtu (16/7)2022). 

Lukman yang saat ini juga menjabat Direktur Buah dan Florikultura Kementrian Pertanian, mengakui produksi yang belum optimal, salah satunya karena pengaruh cuaca. “Produksi tergantung cuaca, skala usaha kecil dan menyebar, minim mekanisasi dan aksesibilitas, serta preferensi konsumen dominan produk segar,” jelas Lukman. 

Ia mengungkapkan, upaya pengembangan terus dilakukan. Contohnya melalui pengembangan kampung hortikultura.  Bali merupakan salah satu daerah pengembangan kampung hortikultura. Kementan menjadikan Bali menjadi role model pengembangan hortikultura terintegrasi dengan pariwisata. Hal ini dikarenakan market lokal hasil hortikultura di Bali sudah jelas, yaitu wisatawan.

BACA JUGA:  Tingkat Kelaparan Indonesia Tertinggi Kedua di Asia Tenggara

Dewan Penasehat Perhorti Komda Bali 2022-2025 Prof. I Made Supartha Utama menegaskan pentingnya penerapan Iptek dalam meningkatkan efisiensi produksi horikutltura. Peningkatan efisiensi dan nilai tambah komoditi unggulan melalui sistem yang terintegrasi di sepanjang rantai pasok, serta pengelolaan sumber daya pertanian dan lingkungan yang seimbang dan berkelanjutan harus dikedepankan dalam pengembangan sistem pertanian hortikultura secara cerdas.

Sementara Entreprenuer Hortikultura yang juga Ketua Petani Muda Keren, A.A. Gede Agung Wedhatama mengungkapkan bahwa mengelola pertanian harus fokus, dan harus membangunan model sebanyak-banyaknya sehingga lebih banyak anak muda yang tertarik menekuni usaha pertanian. Menurutnya, penerapan smart farming sistem terbukti mampu menjadi magnet bagi kaum milenial untuk menekuni pertanian. “Sebaiknya pengembangan pertanian lebih berorientasi pada core pertanian karena dengan demikian akan memberikan hasil terbaik yang dengan sendirinya akan memancing sektor lain seperti pariwisata dan perdagangan berkontribusi di dalamnya,” ujar pria yang akrab disapa Gung Wedha.