Kemenparekraf Tetapkan Kawasan Taman Langit Gunung Banyak Kota Batu Sebagai Shelter Tourism

Pengembangan shelter tourism tentunya mendapat dukungan dari berbagai kementerian/lembaga terkait, seperti KLHK, Badan Nasional Penganggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Dinas Provinsi Jawa Timur, serta Dinas Kota Batu hingga LMDH Hijau Lestari.

Staf Ahli Menteri Bidang Manajemen Krisis Kemenparekraf/Baparekraf, Fadjar Hutomo berbagi cerita mengenai destinasi wisata yang dijadikan tempat evakuasi sementara saat terjadi bencana gempa Cianjur.

Pada Minggu, 20 November 2022 di desa wisata Sarongge ada kurang lebih 1.200 wisatawan yang sedang berkemah, rencananya mereka akan berkemah hingga Rabu 23 November 2022. Akan tetapi, di hari Senin siang acara camp tersebut telah selesai.

“Sebanyak 200 tenda didirikan untuk sarana akomodasi 1.200 peserta camp tadi. Sebagian tenda ini merupakan aset yang dimiliki dan dikelola oleh anggota Pokdarwis setempat. Sisanya dimiliki oleh vendor. Singkat cerita camp ini berlangsung dengan aman, siang hari para peserta sudah pulang. Dan ketika peserta pulang terjadilah gempa bumi yang meluluhlantahkan hampir seluruh kawasan Cianjur. Rumah warga hancur dan mereka menjadi pengungsi,” kata Fadjar Hutomo.

BACA JUGA:  Kemenparekraf akan Luncurkan Platform MICE.id

“Tenda-tenda tadi belum dibongkar. Penghuninya berganti dari peserta camp menjadi pengungsi. Jadi pada sore itu juga masyarakat mengalir ke camp, memanfaatkan tenda-tenda yang ada sebagai tempat pengungsian,” kata Fadjar.

Dari kejadian tersebut menunjukkan fasilitas atau sarana akomodasi pariwisata mampu menjadi infrastruktur tanggap darurat. Karenanya penetapan kawasan Taman Langit Gunung Banyak sebagai shelter tourism merupakan perwujudan dari manajemen krisis kepariwisataan di destinasi.

“Kejadian ini menyadarkan kita bahwa kita hidup di atas bentang alam yang seperti dua sisi mata uang. Indah, sejuk, dingin, nyaman, tapi di sisi lain ada potensi kebencanaan. Bukan untuk ditakuti karena memang ini adalah berkah, tetapi untuk kita persiapkan ketika kita menghadapi hal-hal yang tidak terduga,” katanya.

BACA JUGA:  Menparekraf Sampaikan Hasil Kajian Sementara Dampak Kenaikan Pajak Hiburan bagi Sektor Pariwisata

Fadjar merasa Pokdarwis ini perlu diperluas tidak hanya menjadi kelompok masyarakat sadar wisata, namun juga kelompok tanggap bencana. Ini adalah wujud manajemen krisis berbasis komunitas.

Plh. Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana, Badan Nasional Penanggulanggan Bencana, Edy Suryawan Purba menambahkan kegiatan ini merupakan aksi nyata dari tindak lanjut penandatangan nota kesepahaman yang dilakukan antara BNPB dengan Kemenparekraf. Dan shelter tourism menjadi langkah yang baik untuk penanggulangan bencana di sektor pariwisata.

Sementara Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu, Arief As Sidiq menyampaikan terima kasih kepada Kemenparekraf yang telah memberikan dukungan kepada Kota Batu dalam rangka pengembangan destinasi wisata.

“Tentunya ini akan bermanfaat bagi kita semua untuk penanggulangan bencana, karena Kota Batu termasuk area rawan bencana. Mudah-mudahan dengan ditetapkannya Taman Langit Gunung Banyak sebagai shelter tourism, bencana alam ini bisa kita antisipasi,” ujarnya.

BACA JUGA:  Indonesia Kembali Berpartisipasi pada OTM Mumbai

Editor: Ton

Sumber: Kemenparekraf