Bukan Sekedar Lebay, Ini Lho Gangguan Kepribadian Histrionik Amber Heard

DENPASAR, MENITINI.COM – Bagi Anda yang mengikuti kasus Amber Heard dan Johnny Depp pasti cukup gemas saat menyaksikan sidang. Tidak sedikit dari kita yang akan mengira bahwa Amber Heard akting atau lebay saat memberi keterangan. Bahkan tidak segan untuk memberi keterangan berlebihan yang bagi kita tidak masuk akal. Ternyata, kondisi yang Heard alami adalah sebuah gangguan mental, lho! Berdasar pemeriksaan psikologis dalam persidangan, Heard terdiagnosis dengan Gangguan Kepribadian Histrionik. Dari sini kita sekarang tahu siapa yang sebenarnya toksik dalam hubungan Depp-Heard. Apa sih gangguan kepribadian histrionik itu? Apakah mereka memang selalu menyampaikan hal-hal secara berlebihan? Simak fakta berikut!

Definisi Gangguan Kepribadian Histrionik

Tidak hanya Amber Heard saja, Gangguan Kepribadian Histrionik mempengaruhi sekitar 2 persen dari populasi seluruh dunia. Meskipun kedua jenis kelamin sama resikonya, namun lebih banyak diagnosis pada wanita. Beberapa alarm yang menunjukkan kemungkinan seseorang adalah penderitanya adalah sikap berlebihan dalam perilaku, penampilan, pakaian, dan respons terhadap orang-orang sekitar mereka. Menurut Psychology Today, mereka akan berupaya keras mendapatkan perhatian dan simpati sekitar. Tidak jarang mereka memainkan peran sebagai yang paling teraniaya walau dalam kondisi tidak mengancam sekalipun.

BACA JUGA:  Kawal Program BAAS, Bupati Tamba dan Wabup Ipat Kompak Kunjungi Anak Stunting

Penampakan yang berlebihan sayangnya tidak sepadan dengan emosi, jadi sering memerankan perasaan yang tidak dapat mereka alami. Perilaku mereka mencerminkan keadaan emosional yang sangat kuat, dari satu ujung spektrum ke ujung lainnya. Mereka mungkin menangis tersedu-sedu atau menunjukkan tingkat kegembiraan atau semangat yang tinggi secara tidak proporsional. Tidak ada moderasi emosi sehingga mereka dapat mencapai euforia tetapi kemudian dengan cepat tenggelam dalam keputusasaan. Penderita gangguan cenderung menampilkan emosi daripada berupaya mengolah atau merasakan emosi. Dengan kata lain, mereka belajar memproyeksikan citra diri yang menarik perhatian dengan maksimal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *