Menurutnya, kondisi bangunan sekolah relatif masih layak, namun persoalan utama terletak pada sungai yang mengalami pendangkalan berat. Situasi tersebut menyebabkan banjir berulang setiap tahun. Untuk itu, Parta menyatakan akan mengusulkan perbaikan fasilitas sekolah kepada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), sekaligus berkoordinasi dengan Komisi V DPR RI terkait percepatan pengerukan sungai.
“Kami sudah berkomunikasi dengan Komisi V. Mudah-mudahan pengerukan sungai bisa dilakukan tahun depan,” katanya.
Sementara itu, persoalan berbeda ditemukan di SMP Negeri 3 Bebandem. Meski kondisi fisik bangunan masih baik, lokasi sekolah yang berdekatan dengan aktivitas galian C dinilai berbahaya. Penggalian tebing secara masif menyebabkan tanah di sekitar sekolah rawan longsor dan pergeseran.
Parta mengungkapkan, aktivitas galian tersebut bahkan telah menyebabkan bangunan pura di sekitar sekolah runtuh. Ia khawatir dampak serupa dapat mengancam fasilitas sekolah lainnya, termasuk kantin dan lapangan. “Galian itu sudah menarik pura sampai runtuh. Saya khawatir kantin sekolah juga bisa terdampak,” ujarnya.
Menghadapi kondisi tersebut, Parta mengusulkan dua langkah tegas, yakni menghentikan seluruh aktivitas galian C di sekitar sekolah atau merelokasi sekolah ke lokasi yang lebih aman jika aktivitas tambang tetap berlanjut. Ia menilai keselamatan siswa harus menjadi prioritas utama.









