JAKARTA,MENITINI.COM-Suasana di sekitar Istana Merdeka pada Minggu pagi tampak berbeda dari biasanya. Udara hangat Jakarta terasa dipenuhi semangat kebangsaan ketika Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, berangkat menuju Lapangan Silang Monumen Nasional (Monas) untuk menghadiri Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Dengan mengenakan peci hitam dan pakaian khaki, Presiden Prabowo menaiki kendaraan taktis Maung buatan dalam negeri. Di belakangnya, kendaraan Maung lain turut membawa Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin dan Panglima TNI Jenderal Agus Subianto, disusul kendaraan serupa yang ditumpangi Wakil Panglima TNI serta para Kepala Staf Angkatan.
Pemandangan ini memperlihatkan kekompakan jajaran pertahanan negara dalam momen bersejarah tersebut. Rangkaian kebesaran Presiden pun tampak megah dan sarat makna. Sebanyak 80 ekor kuda dan 80 motor patwal ikut mengiringi perjalanan dari Istana Merdeka menuju Monas, mencerminkan usia ke-80 TNI. Derap langkah kuda berpadu dengan deru mesin motor membentuk irama kebesaran yang menggugah rasa bangga nasional.
Sepanjang rute perjalanan, masyarakat tampak antusias menyambut kedatangan Presiden. Warga dari berbagai kalangan memadati trotoar, melambaikan tangan, dan mengabadikan momen bersejarah tersebut. Anak-anak bersorak riang ketika kendaraan Maung Presiden melintas, sementara para orang tua tersenyum bangga menyaksikan simbol kedekatan antara pemimpin dan rakyatnya.
Presiden Prabowo terlihat berdiri di atas Maung sambil melambaikan tangan ke arah warga yang memadati jalan. Senyumnya yang hangat dan sikap ramahnya menciptakan suasana penuh keakraban, menggambarkan sosok pemimpin yang dekat dengan rakyat.
Perjalanan dari Istana Merdeka menuju Monas bukan sekadar iring-iringan kenegaraan, melainkan simbol penghormatan terhadap 80 tahun pengabdian TNI bagi bangsa dan negara. Paduan antara kendaraan buatan dalam negeri, kuda kebesaran, serta sambutan hangat masyarakat menggambarkan semangat persatuan antara pemimpin, prajurit, dan rakyat Indonesia.*
- Editor: Daton