Minggu, 19 Mei, 2024

Gus Adhi saat kunjungan kerja masa sidang IV tahun sidang 2023-2024 di Bali. (Foto: Ist)

DENPASAR, MENITINI.COM-Pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) di Bali selama ini telah berjalan sukses. Bahkan dalam pelaksanaanya, penyelenggara pemilu telah berhasil mencapai target dan mengatakan pemilu berjalan dengan baik.

Namun seperti diketahui bersama, penyelenggaraan pemilu di tahun 2024, banyak mendapat penilaian yang kurang baik bagi yang menang pemilu, ataupun yang tidak ikut pemilu. 

Anggota Komisi II DPR RI, Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra (Amatra) menyampaikan hal itu saat menghadiri Kunjungan Kerja (Kunker) Komisi II DPR RI, masa persidangan IV tahun sidang 2023-2024 di Bali, yang berlangsung di Gedung Wiswa Sabha, Kantor Gubernur Bali, Senin (6/05/2024)

Gus Adhi sapaan akrab Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra (Amatra) mengingatkan kalau esensi pelaksanaan pemilu, bukan pada besar atau kecilnya jumlah suara, atau menang kalahnya seseorang dalam pemilu.

BACA JUGA:  Taekwondo Bali Target Tiga Emas PON, Dari Pelantikan dan Pengukuhan TI Bali 2024 - 2028

“Kondisi saat ini, yang perlu diperhatikan adalah, bagaimana generasi muda, adik-adik yang saat ini ada di bangku SMA, maupun perguruan tinggi, nantinya bisa ikut dan bisa tertarik ikut pemilu,” kata Gus Adhi. 

Politisi Partai Golkar ini mengungkapkan untuk penyelenggaraan pemilu di Bali tahun 2024, ada calon yang sampai menghabiskan dana mencapai Rp 30 miliar lebih.

Tentu hal ini menjadi catatan sendiri oleh generasi muda yang merupakan embrio pembangunan bangsa.  “’Tentu mereka tidak akan mau, dan bisa saja takut sebagai peserta pemilu bila melihat hal itu. Ini yang perlu saya ingatkan, kepada penyelenggara pemilu,” ujarnya

Esensi kita dalam menyelenggarakan pemilu adalah, sukses tidaknya kita memberi pelajaran demokrasi kepada masyarakat. Ia juga mengungkapkan dari penyelenggaraan pemilu ini, Bawaslu dan KPU diharapkan kembali gencar melaksanakan pendidikan politik.

BACA JUGA:  Lima Poin Sikap PDIP terhadap Keputusan MK

Selain itu, juga bagaimana pengawasan terhadap pelaksana pemilu benar-benar intens dilaksanakan sehingga biaya politik itu bisa ditekan. “Yang sudah biarlah berlalu. Ada saatnya kita memperbaiki, yakni saat Pilkada nanti,” harapnya.

Pihaknya juga berharap di pilkada di bulan November nanti agar pembagian praktek pembagian sembako dan pembagian uang yang memakan cost politik yang sangat tinggi, agar bisa diawasi ketat.

Apabila ini masih terus terjadi, ia menilai, peserta Pilkada, tentu tidak akan bisa menjadi kepala daerah yang bagus.  Baginya, para pemimpin nanti, harus bisa memperjuangkan visi dan misi, bagaimana menjadikan Bali sebagai daerah pariwisata yang berkelanjutan.

“Marilah kita perbaiki, dan saya yakin penyelenggara pemilu yang ada saat ini, bisa memperbaiki, dan mempertahankan apa yang baik di pemilu sebelumya. Dan saya berharap dan mengidam-idamkan, pilkada yang akan datang ini, terlaksana dengan biaya politik yang sangat rendah,” harapnya kembali.

BACA JUGA:  Apes, Gara-gara Seperempatan Naik Motor, Pria Surabaya ini Ditusuk di Jalan Teuku Umar Barat, Denpasar

Gus Adhi menegaskan dengan bisa menekan biaya politik, tentu sangat bagus karena kesuksesan penyelenggaraan pemilu, tidak hanya dilihat dari bagaimana meningkatkan tingkat kepesertaan pemilih, namun juga bisa menekan cost politik dari peserta pemilu. (M-003)

  • Editor: Daton