Menurutnya, sejumlah pasien bahkan menjadikan AI sebagai tempat bercerita saat merasa kesepian. Minimnya komunikasi dalam keluarga turut membuat sebagian anak muda lebih nyaman menyampaikan keluhan kepada chatbot dibanding kepada orang terdekat.
Dr. Siste menjelaskan bahwa AI memang dapat dimanfaatkan sebagai alat skrining awal, termasuk untuk mendeteksi kecanduan internet, game, dan judi online. Namun, hasil analisis AI kerap keliru atau berlebihan sehingga tidak bisa dijadikan dasar diagnosis.
Ia juga menyoroti fenomena pengguna yang mengunggah hasil “diagnosis” AI ke media sosial lalu melakukan self-treatment tanpa berkonsultasi dengan tenaga medis. Praktik tersebut dinilai berbahaya dan berpotensi memperburuk kondisi kesehatan mental.









