Pariwisata untuk Bali, Bukan Bali untuk Pariwisata

Oleh : Agustinus Apollonaris Daton

Berbagai persoalan yang telah dan akan dialami Bali, justru membuat krama Bali menjadi bersatu mengambil langkah perbaikan.  Dengan perkembangan yang pesat yang dialami Bali saat ini, dengan eling terhadap landasan budaya yang ada penulis  berkeyakinan  Bali akan tetap menjadi matahari bersinar, memberikan insiprasi dan energi kepada siapa saja dan bangsa mana pun di dunia ini. Bermanfaat bagi Bali sendiri, bangsa, Negara dan dunia .

Untuk itu perlu komitmen bersama, langkah bersama dalam mewujudkannya di segala aspek kehidupan dan segala lini dari apa yang terkandung dalam konteks Tri Hita Karana (THK).  Berbagai persoalan di hadapi Bali, misalnya krama Bali kini merasakan kesenjangan sosial dan ekonomi semakin tinggi.

Hal ini membuat implikasi permasalahan yang kompleks. Juga, masalah daya dukung alam Bali yang semakin kritis dengan tingkat kepadatan penduduk semakin melebihi ambang batas toleransi dan sebagainya.

BACA JUGA:  Kartini, Sarinah dan Srikandi Adhyaksa

Begitu banyak kelemahan dan ancaman yang kita temui, sedangkan kekuatan budaya misalnya masih dirasakan kuat namun tidak sekuat sebelumnya. Pers tidak saja menganilisis dan hanya melakukan kritik terhadapat permasalahan Bali, namun sesuai dengan fungsi pers, berusaha mengingatkan dan memotivasi masyarakat Bali dan semua pihak dengan memberikan kesadaran.

Sektor pariwisata saat ini menjadi salah satu investasi penting di Bali. Banyak hotel, vila, dan infrastruktur yang lain dibangun untuk mendukung investasi di sektor pariwisata. Tidak salah,  jika itu dilakukan karena memang pariwisata menyumbang bagian yang signifikan untuk PAD Bali.

Pajak hotel, pajak restoran, dan pajak air tanah merupakan salah satu pos penting yang dipergunakan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Pariwisata juga mampu mengenalkan budaya dan adat istiadat masyarakat lokal Bali.

BACA JUGA:  Wakil Jaksa Agung Dr. Sunarta: Fungsi Pertimbangan Hukum oleh JAM DATUN Mendukung Upaya Pemerintah Sukseskan Pembangunan Nasional

Tentu saja keindahan alam Bali juga ikut dapat dinikmati oleh wisatawan. Selain itu, pariwisata tentu saja banyak menyerap tenaga kerja. Baik itu pekerja di sektor formal ataupun informal. Dalam hal ini secara tidak langsung pariwisata telah menggerakkan ekonomi lokal di Bali.

Bagaimana perkembangan pariwisata Bali saat ini. Awalnya, masyarakat Bali adalah masyarakat agraris. Hidup dari pertanian. Kemudian pada tahun 1980 pariwisata mulai berkembang di Bali. Masyarakat agraris ini kemudian harus “bermigrasi” dari pertanian ke industri pariwisata.

Meskipun masih ada segelintir masyarakat berprofesi sebagai petani. Dampaknya adalah pertanian yang pada mulanya adalah penggerak ekonomi lokal kini digantikan oleh sektor pariwisata. Untuk menunjang pariwisata, lahan-lahan pertanian diubah menjadi infrastruktur pariwisata.

Tentu saja untuk membangun infrastruktur pariwisata dibutuhkan adanya modal, hal inilah yang mendorong munculnya investor di Bali. Pada tahun 1990 pariwisata di Bali mulai bangkit. Hotel bertaraf internasional, infrastruktur jalan, dan kawasan pariwisata mulai dibangun; Kuta, Nusa Dua, Sanur menjadi tempat yang terkenal. Bali mulai dikenal sebagai destinasi pariwisata dunia. Pariwisata mulai mendorong Bali menjadi daerah yang maju.

BACA JUGA:  Jaksa Agung ST Burhanuddin: Hari Keagamaan Jatuh Bersamaan Menjadi Momentumuntuk Memperkuat Toleransi Antar Agama

Namun kini, wajah pariwisata telah merubah wajah Bali secara keseluruhan. Banyak permasalahan yang katanya disebabkan oleh pariwisata. Pariwisata sering jadi terdakwa karena amburadulnya tata ruang Bali. Meskipun harus kita akui pariwisata tetap menyumbang bagian yang besar pada pendapatan asli daerah.

Permasalahn tersebut antara lain, pengembangan kawasan pariwisata di Bali terlalu terpusat pada daerah Bali selatan. Infrastruktur pariwisata disana terlalu banyak tanpa diimbangi dengan pengembangan infrastruktur transportasi. Akibatnya mulai terjadi kemacetan.

Persoalannya sekarang, mampukah kita mengambil langkah nyata bersama, baik jangka pendek dan panjang  misalnya 5 sampai 10 tahun kedepan? Siapakah yang mampu mengerakkan semuanya? Untuk menjawab ini, para pemimpin di seluruh Bali dan semua pemangku kepentingan hendaknya berpikir sama; Pariwisata untuk Bali, Bukan Bali untuk Pariwisata.**

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *