DENPASAR,MENITINI.COM-Ketua DPRD Kabupaten Buleleng, Ketut Ngurah Arya, menghadiri kunjungan kerja Badan Aspirasi Masyarakat (BAM) DPR RI yang digelar di Ruang Wiswa Shaba Pratama, Kantor Gubernur Bali, Kamis (22/5/2025).
Pertemuan ini difokuskan untuk membahas persoalan mendesak dalam dunia pendidikan, khususnya menyangkut siswa tingkat SD dan SMP yang masih belum menguasai kemampuan dasar membaca, menulis, dan berhitung (calistung).
Dalam forum tersebut, BAM DPR RI menyoroti data di Kabupaten Buleleng yang mencatatkan 842 siswa SD dan 375 siswa SMP mengalami kesulitan calistung. Fenomena ini telah menjadi isu nasional dan memerlukan langkah penanganan yang cepat serta terkoordinasi, baik dari pihak sekolah, dinas pendidikan, maupun kebijakan dari pemerintah pusat.
Menanggapi hal tersebut, Ngurah Arya menyampaikan sejumlah aspirasi dan masukan yang menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten Buleleng dalam meningkatkan kualitas pendidikan dari jenjang TK hingga SMP. Ia mengungkapkan bahwa salah satu penyebab utama lemahnya kemampuan calistung adalah dampak dari sistem pembelajaran daring selama pandemi Covid-19.
“Metode pembelajaran online saat pandemi membuat banyak siswa kesulitan memahami pelajaran dasar. Ditambah lagi penerimaan siswa inklusi yang tidak dibarengi dengan fasilitas yang memadai, serta digitalisasi yang tidak disertai dengan literasi yang kuat. Ini memperburuk pemahaman dasar siswa,” ujar Arya.
Ia juga menyoroti pemahaman keliru terkait konsep pembelajaran tuntas yang menyebabkan siswa naik kelas meski belum menguasai materi secara menyeluruh.
Lebih lanjut, Arya mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi infrastruktur pendidikan di Buleleng. Dari 467 sekolah dasar yang ada, sekitar 40 persen mengalami kerusakan cukup serius seperti atap yang roboh, toilet yang tidak berfungsi, hingga gedung yang tidak layak untuk kegiatan belajar-mengajar.
“Kami berharap BAM DPR RI bisa menampung dan memperjuangkan aspirasi ini di tingkat pusat. Kami sangat memerlukan bantuan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, serta penambahan tenaga pendidik yang saat ini masih kurang,” tegasnya.
Selain itu, Arya juga meminta pemerintah pusat untuk meninjau kembali kebijakan kurikulum yang sering berubah. Menurutnya, perubahan kurikulum yang terlalu cepat memberikan dampak signifikan terhadap kualitas pendidikan anak-anak.
“Buleleng masih sangat membutuhkan perhatian ekstra dalam pembangunan pendidikan. Kami tidak hanya membutuhkan solusi jangka pendek, tetapi juga kebijakan yang konsisten dan berkelanjutan,” pungkasnya.*
- Editor: Daton