JEMBRANA,MENITINI.COM-Masalah sampah menjadi persoalan pelik bagi tiap daerah selama ini. Kondisi ini makin diperparah dengan meningkatnya volume sampah yang terus bertambah tidak sebanding dengan terbatasnya lahan TPA.
Hal itu juga terjadi di Kabupaten Jembrana, masalah sampah menjadi persoalan bertahun-tahun mengingat kondisi eksisting TPA Peh yang makin overload. Kondisi itu disadari betul Bupati Jembrana I Nengah Tamba, dimana targetnya menyelesaikan persoalan sampah sebagai prioritas kerjanya.
Bupati Tamba beryakinan dalam empat tahun masalah sampah di TPA Peh yang estimasinya dihitung berkisar 75.000-100.000 ton bisa diatasi dalam empat tahun. Solusinya, melalui kerjasama pengolahan sampah menjadi RDF (refuse derived fuel).
Kerjasama pengolahan sampah itu ditandai pengiriman perdana RDF seberat 12 ton hasil pengolahan di TPA Peh menuju pembeli di Jawa Timur.
Kerjasama melibatkan Pemkab Jembrana dengan PT. Wisesa Global Solusindo selaku pengelola alat , PT Solusi Bangun Indonesia selaku buyer penerima RDF, pada Selasa (20/8) di TPA Peh, Desa Kaliakah.
Sementara dari sisi operasional usaha awal , dibantu oleh BPD Bali melalui dana CSR sebesar Rp 300 juta yang diserahkan langsung Direktur Kredit BPD Bali Kadek Lestara Widiatmika.
Hadir dalam acara peluncuran perdana RDF itu Direktur Utama PT. Wisesa Global Solusindo Asri Mukhtar, Direktur Manufacturing SBI Soni Asrul Sani serta Direktur Kredit BPD Bali Kadek Lestara Widiatmika.
Bupati Tamba mengatakan, masalah sampah bertahun-tahun belum ada solusi maksimal, sehingga menimbulkan tumpukan sampah. Tidak hanya dialami oleh Jembrana, tetapi semua kabupaten lain di Bali dan Indonesia.
”Dengan upaya mengatasi sampah eksisting menjadi RDF ini saya yakin solusi bisa mengatasi tumpukan sampah ini,” ujar Bupati.
Ia meyakini, dalam empat tahun kerjasama ini berjalan baik mampu menuntaskan tumpukan gunung sampah diTPA Peh yang diestimasi mencapai 100 ribu ton.
Saat ini, peralatan dari pihak ketiga sudah cukup memadai, hanya perlu beberapa peralatan tambahan. Bupati Tamba sudah meminta Penjabat Gubernur Bali agar mengalokasikan BKK Provinsi Bali untuk menambah peralatan tahun anggaran perubahan 2024, Gubernur sudah setuju,” imbuhnya.
Bupati Tamba menyebut, sudah banyak kabupaten lain yang akan datang untuk melihat RDF ini. Namun sementara belum menerima kabupaten lain yang akan melihat proses pengolahan RDF.
”Ini merupakan pilot projek. Upaya mewujudkan program ini, bukan pekerjaan mudah. Prosesnya selama setahun lebih, hingga akhirnya ada kerjasama dengan pihak ketiga yang bersedia bekerjasama menyediakan peralatan, tanpa harus mengeluarkan anggaran daerah,” ungkapnya.
Bupati Tamba menyampaikan, saat ini masih belum mencapai target permintaan volume RDF. Tetapi nantinya setalah ada penambahan bisa mencapai target volume harian permintaan pihak ketiga yang akan membeli RDF.
"Tujuannya memang untuk membangun negeri. Kita ingin membuktikan bahwa energi terbaru kami bisa dimulai dari Jembrana," terangnya.
Direktur Manufacturing SBI Soni Asrul Sani mengatakan , pihaknya sudah memberikan spesifikasi dibutuhkan. Karena itu Ia berharap produk RDF dari TPA ini menghasilkan kadar tertentu yang bisa diterima standar pabrik.
“Khusus untuk RDF yang dihasilkan hari ini dinilainya sudah memenuhi standar,“ jelasnya .
Selain itu, untuk pemenuhan kualitas, interaksi dengan pihak pihak yang bekerjasama akan terus dilakukan, agar bagaimana RDF ini polanya bisa diterima.
“Kedepan seperti yang bapak bupati bilang 4 tahun cepat atau lambat tapi kalau bisa ya dipercepat teratasinya. Karena kita punya komitmen energi terbarukan dan satu lagi energi terbarukan ini juga merupakan program suistainablity di pabrik kita yang harus kita jalankan. Dalam waktu 2030 jadi ada target alternatif dari penggunaan bahan bakar Batubara,“ tuntasnya . (M-011)
- Editor: Daton