DENPASAR, MENITINI.COM Di saat ekonomi sedang di titik nadir akibat pandemi Covid-19, dan resesi ekonomi, Otoritas Bandara Ngurah Rai sepertinya buta mata dan hati.
Keputusan menaikan tarif tiket parkir yang diperhalus dengan narasi penyesuaian tarif memancing reaksi masyarakat umum dan pengguna jasa bandara.
Kenaikan tarif parkir mengagetkan, terkesan mendadak, tanpa sosialisasi dan mencekik masyarakat. Tidak tanggung tanggung kenaikan 100 persen.
“Saat akhir tahun saya ke bandara mengantar tamu, tarifnya masih seperti dulu. Tapi tanggal 3 Januari sudah naik, itupun saya tidak tahu ada kenaikan tarif. Saya sampai minta tolong kepada teman di bandara untuk membayar parkir, karena uang yang saya bawa tidak cukup. Kalau tidak ada teman kan saya susah jadinya. Aturannya serba mendadak diberlakukan,” kata A.A.Istri Erawati pengguna jasa bandara yang bergerak di bidang penyewaan kendaraan dikutip Surat Kabar Pos Bali, Rabu (6/1/2021)
Wanita yang setiap hari mengaku bisa tiga sampai empat kali bolak balik ke bandara Ngurah Rai itu mengaku sangat kecewa dengan kebijakan tersebut. Sebab aturan itu tanpa sosialisasi, sehingga sulit diantisipasi.
Terlebih kenaikan tarif tersebut cukup tinggi dan memberatkan ditengah situasi pandemi yang membuat ekonomi serba sulit.
“Kalau ada kebijakan kenaikan tarif, tolong sosialisasi digencarkan selama sebulan mungkin. Jangan last minute seperti makan cabe. Kita cari makan di rumah sendiri kok terkesan susah sekali dengan kebijakan mendadak semacam ini,”kritiknya
Ia menambahkan, mungkin saja pihak pengelola bandara telah melakukan sosialisasi di internal. Namun bagi masyarakat umum dan pengguna lain di luar bandara tentu kesulitan menyikapi ini.
Ia menilai mestinya informasi gencar disosialisasikan juga ke luar bandara, utamanya kepada pihak yang berkepentingan dengan bandara.
Hal itu bisa dilakukan dengan menyebar selebaran ke asosiasi, komunitas transportasi dan pariwisata. Termasuk memberitakan ke media massa, sehingga informasi jelas ditangkap masyarakat umum. adi/poll