Rabu, 9 Oktober, 2024

Keberadaan Toko Modern Mematikan Warung Tradisional, Pemerintah Segera Atur Zonasi

ilustrasi toko modern
ilustrasi toko modern. (foto: ist)

DENPASAR, MENITINI-Menjamurnya toko modern masuk desa kian tak terbendung. Keberadaannya meresahkan pedagang UMKM dan toko tradisional. Persaingan menjadi tidak sehat antar toko modern dan toko tradisional. Bahkan keberadaannya mematikan pedagang tradisional di pasar.

Pemerhati Adat dan Budaya, Ketut Wisna ST., MM, Kamis (26/5) menyoroti masalah ini. Ia khawatir semakin banyaknya toko modern tanpa memperhatikan geliat ekonomi kerakyatan di tengah gempuran pandemi, khususnya eksistensi pasar rakyat di Bali.

Bendesa Adat Kesiman itu berharap pemerintah daerah segera mengatur zonasi toko ritel tersebut, agar tidak berdekatan dengan pasar rakyat di Bali. Pasalnya,  ketika toko modern berdampingan dengan pasar tradisional rakyat sudah tentu pasar tradisional akan makin kerdil dan perlahan-lahan UMKM di pasar tradisional mati.

I Ketut Wisna yang akrab disapa Jero Mangku Wisna, memaparkan, dalam konteks keberadaan pasar modern ia menilai pemerintah tidak tegas mengatur perijinan atau badan usaha ini yang merambah ke desa-desa di Bali.

Apalagi toko modern tersebut buka hingga 24 jam. Bahkan menguasai pertumbuhan ekonomi, sebab toko modern sudah menguasai produk konsumtif di Bali, seperti halnya toko retail yang sudah menguasai pabrik.

“Ketika menurunkan harga kebutuhan konsumtif di Bali otomatis konsumen akan mencari yang termurah dan pasti akan berbelanja di toko retail, efeknya pasar tradisional pasti ditinggalkan,” kata Ketua Umum Forum Komunikasi Taksu Bali itu.

Untungnya, saat ini sudah ada persatuan toko ritek yang mengatur harga. “Coba bayangkan kalau toko ritel dibebaskan, semua orang pasti mencari toko tersebut, ini yang sangat membahayakan perputaran ekonomi kita di Bali khusus pasar rakyat di wilayah desa adat di Bali,” tegasnya

Kalau dilihat dari segi harga,  toko modern lebih murah dibandingkan dengan warung tradisional. Bahkan ketika memasuki hari raya di Bali, juga menjual kebutuhan hari raya yang disertai dengan harga promo.  “Saya lihat produk-produk lokal yang dijual di toko retail penempatannya kurang strategis,” jelasnya.