MOSKOW, Drama politik dan gosip pribadi kembali mengguncang Istana Élysée. Presiden Prancis Emmanuel Macron dan sang istri, Brigitte, dikabarkan menyewa detektif swasta demi membongkar asal-usul tuduhan sensasional bahwa ibu negara terlahir sebagai laki-laki.
Menurut laporan Financial Times, langkah ini diambil setelah pasangan Macron resmi menggugat influencer Amerika, Candace Owens, di pengadilan Delaware, AS, pada akhir Juli lalu. Sebelum gugatan diajukan, firma investigasi Nardello & Co sudah lebih dulu melakukan penyelidikan.
Pengacara Macron, Tom Clare, menyebut penyelidikan itu bertujuan mencari tahu apa yang memicu ketertarikan Owens pada Brigitte. Hasilnya, ditemukan bahwa setelah Owens mengangkat isu tersebut, media Rusia ikut menggemakan kabar itu. Namun, tidak ada bukti Owens pernah berhubungan dengan tokoh media atau pejabat Rusia.
Isu ini makin panas sejak Februari lalu, ketika Owens merilis program delapan episode berjudul Becoming Brigitte di internet, mempertanyakan identitas gender sang ibu negara.
Kasus ini punya sejarah panjang. Gosip tersebut pertama kali meledak pada 2021, dipicu jurnalis independen Natacha Rey. Tuduhan Rey, yang disiarkan lewat kanal YouTube milik Amandine Roy, berujung vonis bersalah dan denda 13.500 euro (sekitar Rp236 juta) pada 2023 dan 2024. Namun pada 10 Juli 2025, Pengadilan Banding Paris membebaskan Rey dari tuduhan terbaru.
Macron sendiri sudah pernah secara terbuka mengecam rumor ini pada Maret 2024. Ia menyebut kabar bohong semacam itu sebagai salah satu hal terburuk yang ia hadapi selama menjadi presiden — informasi palsu yang membuat banyak orang percaya dan mengusik kehidupan pribadinya.*
- Editor: Daton
