“Balai KSDA Bali harus memastikan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari social movement atau gerakan sosial yang harus mendapatkan dukungan dari pemerintah. Konservasi milik kita bersama dan harus dilakukan dengan kegiatan-kegiatan konkret di lapangan, bukan hanya berbicara atau mengkritik,” ujar Ratna Hendratmoko saat diwawancarai media usai menanam pohon jenis ampupu didampingi Ketua YBHL dr. I Nyoman Gede Bayu Wiratama Suwedia, MARS.
Ia juga mengingatkan pentingnya komitmen jangka panjang pasca-penanaman. “Yang terpenting adalah bagaimana 3.000 pohon ini terus dijaga, dirawat, dan disulam jika ada yang mati. Keberhasilan konservasi tidak bisa dilihat dalam 1–2 hari, tetapi minimal 3–5 tahun ke depan,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Bali Hijau Lestari (YBHL), dr. I Nyoman Gede Bayu Wiratama Suwedia, MARS, menjelaskan alasan dipilihnya kawasan Gunung Batur sebagai lokasi reboisasi adalah bentuk dukungan dan Kerjasama dengan BKSDA Bali unutk melakukan penanaman pohon di Kawasan hutan sebagai langkah awal pemulihan ekosistem.
“Mengapa penanaman pohon dilakukan di dilakukan di sini, karena kami sebagai bagian dari masyarakat mendukung program konservasi yang dilakukan oleh BKSDA Bali yaitu program pemulihan ekosistem”.










