Awas! Ultra-Processed Food Bisa Memicu Kanker

DENPASAR, MENITINI.COM – Selama bertahun-tahun, para ilmuwan telah mengaitkan diet sehat dengan menurunnya angka resiko penyakit tertentu. Para peneliti dari Imperial College London menemukan bahwa mengonsumsi makanan yang melalui proses berlebih alias ultra-processed meningkatkan risiko kanker. Dua jenis kanker yang meningkat tajam resikonya adalah kanker ovarium dan kanker otak. Sedangkan pada wanita, resiko turut meningkat untuk kejadian kanker payudara. Seram ya! Lalu apa sih ultra-processed food?

Mengenal Ultra-Processed Food

Dalam ilmu gizi, bahan makanan dimasukkan dalam beberapa sistem pengkategorian. Salah satunya sistem klasifikasi NOVA4. Pada sistem ini, makanan ultra-processed masuk dalam kategori 4. Apa saja kira-kira yang termasuk? Mari kita lihat satu persatu!

Klasifikasi NOVA4 menunjukkan, suatu makanan dianggap ultra-processed jika makanan buatan industri dengan 5 bahan atau lebih. Kemudian, sebagian besar atau seluruhnya terbuat dari ekstraksi makanan, seperti minyak, lemak, gula, dan pati. Yang juga termasuk dalam kategori ini adalah minyak terhidrogenasi, pati termodifikasi, bahan aditif dan pengemulsi. Jadi perlu berhati-hati bila hidangan berwarna dan beraroma cukup mencolok ya.

BACA JUGA:  Kanker, Kate Middleton Himbau Pentingnya Dukungan Keluarga

Apa saja contohnya? Sebenarnya cukup banyak, apalagi sejak perkembangan ilmu kuliner. Contoh makanan ultra-olahan meliputi soda, minuman energi, kue kemasan, permen, makanan siap saji, daging buatan, yogurt beku, jus manis dalam kemasan, dan makanan panggang berlemak. Penelitian sebelumnya menunjukkan makan seperti ini meningkatkan risiko obesitas dan mempercepat penuaan biologis seseorang. Hayo, siapa yang masih sering jajan tidak terkontrol?

Ultra-Processed Food dan Resiko Kanker

Para peneliti menggunakan catatan Biobank Inggris untuk menganalisis pola makan 200.000 orang dewasa paruh baya. Pengamatan terjadi selama rentang waktu 10 tahun untuk melihat apakah resiko kanker mereka meningkat. Hasilnya, untuk setiap 10% peningkatan ultra-processed food dalam pola makan seseorang, memicu peningkatan risiko kanker sebesar 2% dan kematian akibat kanker sebesar 6%.

Temuan penelitian tentang risiko kanker secara keseluruhan sejalan dengan pentingnya pola makan sehat sebagai salah satu strategi mengurangi risiko. Golongan makanan ultra-processed memiliki kualitas nutrisi yang buruk, tinggi garam, gula, dan lemak tidak sehat serta rendah serat. Nikmat sementara namun memicu obesitas dan meningkatkan aktivitas radikal bebas dalam tubuh.

BACA JUGA:  Presiden Jokowi Pastikan Anggaran Kesehatan Dirasakan Masyarakat

Kaitan terhadap Epigenetik

Sebuah sumber berbicara dengan Dr. Steve Vasilev, seorang ahli onkologi ginekologi integratif bersertifikat terkait penelitian ini. Tujuannya ingin menilai apakah selalu ada hubungan linier antara makanan ultra-processed dengan kejadian kanker. Menurutnya, hal ini adalah kajian klasik dengan hipotesis bahwa pemrosesan berlebih dan bahan aditif dapat menyebabkan mutasi genetik yang menyebabkan kanker.

Saat ini sudah terdapat ilmu yang mengkaji hal ini yaitu epigenetik. Cabang ilmu ini meneliti lebih mendalam bagaimana tatanan gen pada manusia dapat dihidupkan atau dimatikan seperti saklar. Bisa jadi seseorang adalah pembawa gen berisiko, namun morbiditas tidak sampai terjadi. Hal ini berdasarkan variasi kemampuan proaktif untuk memodulasi gen mana yang dihidupkan dan dimatikan dalam tubuh.

Maka jika terkait makanan ultra-processed, perlu telaah lebih lanjut tentang bahan aditif, racun ataupun pengawet yang terakumulasi dalam tubuh seseorang. Jika kita bandingkan dengan kajian klasik, akan timbul kemungkinan 2 orang dengan riwayat konsumsi serupa tidak menghasilkan resiko kanker yang sama.

Menurunkan Risiko Kanker dengan Diet

Jadi apakah diet benar-benar bisa mengurangi risiko? Jawabannya tentu saja.

BACA JUGA:  Tips Jitu Puasa Ramadhan Anti Begah

Jika terkait dengan makanan, kuncinya pasti tidak jauh-jauh dari makanan juga. Namun yang seperti apa adalah kunci utamanya. Menurut Kate Cohen, seorang ahli gizi Saint John’s Health Center di Santa Monica, sekitar 50% kanker dapat dicegah melalui perubahan pola makan dan gaya hidup.

Diet adalah faktor risiko yang dapat kita kendalikan. Setiap orang dapat mulai menjalankan dengan mudah. Intinya adalah menggunakan diet sebagai metode mengontrol fisiologi tubuh dalam merespons makanan. Tentunya tubuh kita tidak dapat melakukannya sendiri tanpa komitmen kita untuk mengontrol makanan yang masuk ke dalam tubuh.

Tidak melulu restriksi kalori atau menghindari makanan tertentu, kunci penting dari diet pencegahan kanker adalah makan dengan bersih. Bersih bahannya, bersih pengolahannya, tidak menggunakan bahan tambahan, diolah sesederhana mungkin dan tidak melalui proses memasak yang berkali-kali dalam jangka lama. Selain inti nutrisi yang hilang, tidak jarang beberapa bahan makanan malah dapat menyimpan radikal bebas ketika prosesnya terlalu berlebihan. (M-010)