Aturan Isolasi COVID-19 jadi 5 Hari Apakah Aman? Cek Faktanya!

DENPASAR, MENITINI.COM – Pada bulan Desember, Center for Disease Control and Prevention (CDC) mengeluarkan panduan isolasi baru untuk mereka yang terinfeksi COVID-19 alias positif COVID. Panduan ini menggeser aturan lama dengan mengurangi masa karantina dari 10 hari menjadi 5 hari saja. Perubahan ini berdasarkan penelitian yang telah menunjukkan bahwa penularan terjadi di 5  hari awal  dari perjalanan infeksi. Memang kabar ini cukup menggembirakan bagi penderita, namun apakah sejalan dengan pendapat para pakar? Bagaimana pandangan pakar dan profesional kesehatan?

Para pakar dan profesional kesehatan telah menyatakan pendapat yang beragam tentang panduan tersebut. Beberapa khawatir bahwa pengurangan periode isolasi dapat mempercepat penyebaran varian Omicron yang cepat. Seperti kita tahu, meski gejala tidak seberapa namun kecepatan Omicron jauh lebih cepat dibanding varian pendahulunya. Menurut penelitian yang kutipan CDC, penularan COVID-19 umumnya memuncak sehari sebelum timbulnya gejala. Selain itu, tes antigen negatif sudah dapat menunjukkan bahwa periode penularan telah berakhir.

Kapan Gejala Akan Muncul Sebelum Isolasi?

Jika kita bandingkan dengan varian sebelumnya, Omicron ternyata memiliki masa inkubasi yang lebih pendek, yaitu hanya sekitar 2-4 hari. Apa artinya? Masa inkubasi yang singkat ini menggambarkan bahwa gejala akan berkembang lebih cepat setelah terpapar pertama kali. Contohnya dalam satu studi tentang wabah Omicron di Oslo, setelah pesta Natal pada bulan November. Para peneliti menemukan bahwa gejala pada 80 kasus yang dikonfirmasi, sebanyak 45% kemungkinan terjadi 3 hari setelah pesta. Dalam sebuah studi tentang wabah serupa di Korea Selatan, periode inkubasi rata-rata yang diamati sedikit lebih lama namun tidak terlalu signifikan yaitu rata-rata 4 hari. Dari kedua studi ini, timbulnya gejala tidak selalu bertepatan dengan waktu infeksi. Lebih dari 20% penularan dapat dikaitkan dengan individu yang asimtomatik atau presimptomatik. Artinya terjadi sekitar 1-2 hari sebelum timbulnya gejala.

BACA JUGA:  Diduga Mark-Up APD Covid-19 Tahun 2020, Kadis Kesehatan Prov Sumut dan Rekanan Ditahan

Kapan Saat Paling Menular Selama COVID-19?

CDC mengutip ulasan tahun 2020 dari 113 penelitian terhadap kasus di 17 negara dengan bukti bahwa viral load COVID-19 memuncak sekitar waktu timbulnya gejala. Para peneliti menyimpulkan bahwa periode penuh penularan berkisar antara 2-3 hari sebelumnya dan 8 hari setelah gejala serangan pertama muncul. Apa artinya? Ini berarti orang yang terinfeksi COVID-19 paling menular ketika mereka mulai mengalami gejala. Potensi penularan makin menurun dengan cepat setelahnya dan menghilang setelah 8 hari pertama.

Jin Su Song, MD, MPH, DTMH, seorang spesialis penyakit menular yang bekerja di Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea, mengatakan timnya mengamati penularan Omicron menghilang sepenuhnya setelah 10 hari. Maka hingga artikel ini rilis, pedoman isolasi Korea Selatan masih bertahan pada patokan 10 hari. Menurut beliau, sulit untuk mengetahui tenggat pasti infeksi berlangsung. Bisa jadi durasi infeksi Omicron sama atau kurang dari varian Delta. Maka untuk lebih amannya, pedoman 10 hari tetap diterapkan di Korea Selatan.

BACA JUGA:  Presiden Jokowi Tinjau Fasilitas dan Layanan Kesehatan di RSUD Mokopido

Kapan Anda Harus Tes COVID-19?

Jika Anda terpapar seseorang yang positif COVID-19 berdasarkan tes konfirmasi, sebaiknya lakukan tes 2-4 empat hari setelah terpapar pertama kali. Periode ini setara dengan masa inkubasi Omicron. Tes PCR memiliki ambang batas yang lebih rendah jika kita bandingkan dengan antigen, sehingga dapat mendeteksi virus sebelum periode penularan. Artinya hasil PCR lebih akurat untuk mendeteksi mereka yang telah terinfeksi bahkan jika mereka tidak menunjukkan gejala.

Meski banyak metode tes dengan waktu lebih singkat, hingga kini belum ada yang menggantikan PCR sebagai gold standard baku. Daniel Larremore, PhD, asisten profesor di University of Colorado, mengatakan bahwa sementara tes PCR tetap menjadi yang utama untuk diagnosis klinis. Penundaan penerimaan hasil akibat pemrosesan sampel adalah hal yang sebaiknya tidak dipermasalahkan. Menurutnya, upaya menggeser PCR dengan metode tes lainnya tidak sebanding dengan akurasi program pengujian untuk skala besar atau komunitas.

BACA JUGA:  Pasar Majelangu Kembali Digelar, Setelah Dua Tahun Terhenti Akibat Pandemi Covid

Jadi Isolasi 5 Hari Apakah Aman?

Jika Anda menjalani tes PCR, isolasi adalah hal yang penting sembari mendapatkan konfirmasi hasil. Hal ini juga merupakan titik kunci untuk mencegah potensi penyebaran ke orang lain. Sensitivitas tinggi pada tes PCR berarti mungkin saja akan muncul hasil positif pada periode pasca-infeksi. Jadi tes antigen negatif dan PCR positif bisa berarti Anda akan menular, atau tidak lagi menular. Dalam hal ini, waktu paparanlah yang menentukan apakah pasien positif COVID-19 masih berpotensi menularkan.

Meski kini ada panduan 5 hari, jika Anda terkonfirmasi positif, lanjutkan isolasi sampai gejala mereda atau selama 10 hari. Jika Anda memungkinkan untuk menerima tes antigen beberapa kali dan menunjukkan hasil negatif setelah lima hari, kemungkinan besar Anda tidak lagi menular. Artinya Anda dapat mengakhiri isolasi dengan tetap melakukan protokol kesehatan yang ketat. Meski konfirmasi negatif, protokol kesehatan tidak boleh kendor apalagi jika Anda tinggal atau melakukan kontak erat dengan populasi yang tergolong rentan. Jangan lupa tetap pakai masker juga ya! (M-010)