Waspada! Omicron sudah Masuk Bali, Virolog Unud Minta Bali Segera Miliki 15 Unit PCR Otomatis

DENPASAR, MENITINI– Virolog Universitas Udayana Prof. Gusti Ngurah Kade Mahardika saat ditemui dalam diskusi di Denpasar, Senin (27/12/2021) mengatakan, dirinya meyakini jika varian baru Omicron sudah terdeteksi berada di Bali, namun belum terdeteksi dengan benar.

Keyakinan tersebut diketahui jika penemuan varian Omicron pertama di Indonesia adalah seorang karyawan di Wisma Atlit yang tidak memiliki gejala apa pun. Bila virus tersebut berasal dari pelaku perjalanan luar negeri yang sudah melakukan karantina di wisma atlit maka sesungguhnya virus tersebut sudah menyebar ke mana-mana.

Dan dari banyak pelaku perjalanan luar negeri tersebut sebagian besar melanjutkan perjalanan ke Bali. “Kasus varian baru Omicron dilaporkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia hingga saat ini sebanyak 46 kasus. Yang sebagian besar berasal dari para pelaku perjalanan internasional. Temuan varian ini merupakan hasil dari pemeriksaan Whole Genome Sequencing yang dilakukan oleh Badan Litbangkes. Saya yakin jika varian Omicron ini sudah ada di Bali karena banyak pelaku perjalanan luar negeri sebelum ditemukan virus di Omicron di wisma Atlet adalah mereka yang sudah bepergian kemana mana dan terbanyak ke Bali,” ujarnya.

BACA JUGA:  Kementerian Kesehatan Target Tiap Provinsi Miliki Rumah Sakit Utama Layanan Kanker

Dasar dari keyakinan tersebut karena sistem pengendalian kesehatan yang ada di Indonesia saat ini yang menggunakan protokol kesehatan yang tidak baku berupa Rapid Antigen.
Sementara Rapi Antigen memiliki sensivitas 80% hingga 85%. Artinya, dari 100 orang yang positif hanya 20 orang yang terdeteksi negatif. Sedangkan dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) memiliki sensivitas sebesar 99%.

“Saya curiga Bali sudah ada Omicron,” ungkapnya. Sejak pertama temuan hasil varian Omicron di Wisma Atlet pada 15 Desember 2021 lalu, asumsinya adalah sudah 5 sampai 7 hari tertular sebelumnya. Sedangkan virus COVID-19 menular sejak hari pertama sehingga sudah sempat menulari orang lain.

Untuk di Bali, pihaknya sudah memesan reagent dari Amerika yang bisa mendeteksi Omicron saat dilakukan test PCR. Reagent ini akan sampai di Bali pada Minggu ini jika tidak terkendala Custom. Penggunaan reagent ini jauh lebih cepat dalam mendeteksi varian Omicron dibandingkan dengan Sequencing yang membutuhkan waktu hingga 2 minggu. “Bali harus punya paling tidak 15 unit PCR Automatic.

BACA JUGA:  Presiden Jokowi Resmikan RS PPN Panglima Besar Soedirman

Dengan kemampuan sehari 1000 sampai 1200 aja per unit,” ungkapnya. Sehingga dalam sehari bisa mendeteksi atau testing 15 ribu orang perhari.

Sesampainya reagent tersebut di Indonesia, nantinya akan dilakukan uji terlebih dahulu. Setelah berhasil akan disampaikan ke Departemen Kesehatan dan menawarkan apakah mau memakainya atau tidak. Jika nantinya tawaran ini ditolak maka reagent ini hanya akan digunakan di RSPTN Unud saja.

Dampak vaksin dan tabiat Omicron harus diwaspadai. Jika kondisi kasus di Bali akan tetap seperti rata-rata saat ini, Mahardika mengungkapkan perkiraan pada Maret 2022 mendatang pandemik akan hilang. Namun tidak berarti virus ini akan hilang. Hal ini tergantung juga dengan dampak vaksinasi dan tabiat Omicron. “Melihat dampak vaksin dan tabiat Omicron, ya, tidak berbahaya. Kalau dampak vaksinasi bagus dan tabiat Omicron tidak ganas itu maka mestinya tidak ada letupan kasus. Dalam arti jumlah orang sakit, jumlah orang meninggal dunia pada bulan Desember, Januari, Februari yang akan datang ini. Jadi 3 bulan ini kita tunggu,” jelasnya.

BACA JUGA:  Polio Paul, Selama 70 Tahun Hidup dengan Paru-paru Besi, Meninggal di Usia 78 Tahun

Namun jika tabiat Omicron ganas dan lolos oleh vaksin, maka akan ada kemungkinan letupan kasus di Januari dan Februari.

Ia meyakini, hingga hari ini Senin (27/12/2021) hasil pantauannya di rumah sakit menunjukkan tingkat hunian di rumah sakit yang rendah. Beberapa rumah sakit rujukan COVID-19 merawat pasien dari 1 orang hingga tidak merawat sama sekali.

Artinya, informasi yang mengatakan jika Omicron cepat menyebar itu sama sekali tidak benar. Yang benar adalah Omicron cepat menyebar ke berbagai negara karena mobilitas orang perorang. Bukan penularan Omicron antarmanusia.

Hal ini dibuktikan di banyak negara jika Omicron tidak berkembang dengan cepat.arn/poll

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *