KARANGASEM, MENITINI.COM – Desa Adat Tianyar, Kecamatan Kubu, Karangasem, Bali gerah menyusul sekelompok warga melakukan aksi demo terhadap PT Pasir Toya Anyar Kubu (PTAK), Rabu (14/8/2024).
Tak terima wilayahnya diobok-obok warga luar desa, Bendesa Adat Tianyar, I Gede Suarma, langsung membubarkan kelompok pendemo tersebut.
“Mereka bukan warga kami, dan dalam surat yang ditembuskan ke Polsek Kubu mereka melakukan demo mengatasnamakan warga Desa Adat Tianyar. Mereka langsung kami bubarkan, karena gerakan yang dilakukan itu sangat merusak citra desa adat kami,” tegas Suarma.
Dia mengutarakan, mereka demo terkait persoalan jalan menuju ke dermaga tersus milik PT PTAK.
Dia menegaskan, jalan menuju dermaga tersus menuju pantai itu tidak ada menutup lahan kuburan. Sebab, jalan menuju kuburan ada di sebelah jalan menuju dermaga.
“Tidak benar dermaga menutup jalan akses ke kuburan sesuai yang disampaikan koordinator demo. Dari awal memang tidak ada jalan di lokasi tersebut, tapi seolah-olah dibilang ada jalan menuju dermaga,” ungkapnya dengan nada kesal.
Fakta yang ada, lanjut Suarma, dulu hanya ada sempadan pantai saja. Ketika masyarakat hendak beraktivitas memancing dan yang lainnya, mereka melewati pantai tersebut.
Abrasi sudah ada sebelum adanya dermaga itu. Kebetulan areal setra atau kuburan di dekat pantai.
“Kami (pihak desa dinas dan desa adat) sudah mengajukan permohonan bantuan untuk menanggulangi abrasi tersebut. Dan pantai tersebut sekarang sudah direklamasi,” terangnya.
Pihak PT PTAK melalui kuasa hukum I Made Arnawa mengatakan, proses pembangunan dermaga dimulai tahun 2013. Dan, tahun 2019 perusahaan tersebut diambil alih oleh PT PTAK.
“Jadi, pengurukan laut itu dilakukan pemilik sebelumnya, yakni I Nengah Subrata, bukan dari pihak kami. Izin dermaga dan izin berjualan pasir di dermaga tersus semua lengkap,” sebutnya.
Kelian Banjar Adat Eka Darma Pilihan (tempat dermaga tersus), menyatakan tidak ada warganya keberatan dengan keberadaan dermaga tersus milik PT PTAK tersebut.
Dia juga menyebut warga sangat berterima kasih karena selama ini sangat diperhatikan. Warga bisa bekerja dan ada CSR tiap Hari Raya Galungan.
“Unjuk rasa tadi tidak ada satupun krama dari warga kami. Kebanyakan dari mereka adalah warga luar Desa Adat Tianyar yang dibayar,” tegasnya.
Sebelumnya, koordinator demo, I Nengah Darma, menduga aktivitas pengurukan atau reklamasi laut yang dilakukan PT PTAK yang dilakukan sejak tahun 2023 tanpa izin. “Reklamasi tersebut lumayan panjang, sekitar 20-30 meter ke dalam, sehingga sangat merugikan kami selaku masyarakat,”tandasnya. (M-003)