Sabtu, 27 Juli, 2024

Ilustrasi nyamuk. (Shutterstcok)

DENPASAR, MENITINI.COM-Pemprov Bali berencana akan kembali melakukan sosialisasi dan edukasi tentang penggunaan nyamuk Wolbachia untuk menekan kasus DBD di seluruh wilayah di Bali. Hal ini disampaikan Sekda Bali Dewa Made Indra usai menghadiri peluncuran DBDKLIM beberapa waktu lalu di Kampus Universitas Udayana Bali.

Menurut Dewa Indra, penolakan yang sempat terjadi di Bali beberapa waktu lalu sangat beralasan karena kurangnya pengetahuan dan informasi masyarakat terkait dengan Wolbachia.

“Tidak ada yang salah dengan penolakan yang sempat terjadi di Bali. Sebab saat ini masyarakat masih minim informasi baik secara keilmuan maupun penerapan dan contoh yang sudah sudah terjadi di lapangan. Sementara sudah banyak fakta bahwa penerapan Wolbachia sudah ada dan sudah terbukti keampuhan dalam meminimalisir nyaman DBD,” ujarnya.

BACA JUGA:  Ketua Komnas PP KIPI Sebut Tak Ada Efek Samping Akibat Vaksin COVID-19 di Indonesia

Ia mengakui jika penolakan yang terjadi Bali karena ada pertanyaan masyarakat yang cukup sensitif. Dan edukasi dan sosialisasi yang dilakukan oleh mereka yang ahli di bidangnya juga belum maksimal. Sementara kini sudah ada bukti, sudah ada fakta bahwa penerapan Wolbachia sudah bisa dibuktikan dengan bahwa kasus DBD menurun drastis. Di Indonesia, yang sudah mengalami hasil yang maksimal di Yogyakarta yang sudah menerapkan Wolbachia sejak 6 tahun yang lalu.

“Dalam pertemuan baru-baru ini di Kura-Kura Bali, tentang Arbovirus, atau penularan virus kepada manusia dari serangga, ada kesaksian dari Menkes Brazil yang sudah lama menerapkan Wolbachia di negaranya. Dan hasilnya sangat efektif, kasus DBD menurun drastis. Hal yang sama juga terjadi di Yogyakarta yang sudah menerapkan Wolbachia sejak 6 tahun lalu,” ujarnya. 

BACA JUGA:  Tingkatkan Kesadaran Masyarakat akan Pentingnya Imunisasi Rutin Lengkap

Belajar dari fakta keilmuan yang ada, Kemenkes RI saat ini sedang menerapkan Wolbachia di Jakarta, Bandung, dan Kupang. Tiga lokasi dimana kasus DBD masih banyak atau tinggi. Penerapan ini dilakukan karena metode yang sangat saintific, teknologi yang tinggi, dan dimotori sendiri oleh pemerintah. Dewa Indra meminta agar Bali juga segera beralih teknologi dalam penanganan kasus DBD. Sebab, cara-cara konvensional seperti 3M, fogging sudah sering dilakukan. Namun kasusnya tetap ada dan insiden DBD masih tinggi di Bali.

“Kemarin kita tolak karena belum paham betul, metode yang digunakan dengan keilmuan yang tinggi, sosialisasi dan edukasi juga belum masif. Ada banyak informasi yang salah dengan segala penafsiran yang keliru. Kita harus melihat ini sebagai peluang untuk melindungi Bali dari DBD. Pertanyaannya adalah apakah kita mau atau tidak agar kasus DBD di Bali terkendali dengan baik,” ujarnya. M-007

  • Editor: Daton
BACA JUGA:  Wamenkes Tekankan Obat Harus Sampai ke Daerah Terpencil