MENITINI.COM Partai Golkar sepertinya sedang menguji reaksi publik lewat dukungannya kepada Bupati Badung, Giri Prasta jadi Gubernur Bali. Dukungan itu disampaikan saat Ulang Tahun Partai Golkar ke 57 yang digelar DPD II Golkar Badung, (19/10).
Pernyataan itu disampaikan Ketua DPD II Golkar Badung Wayan Suyasa di hadapan kader partai Beringin, dihadiri pula Ketua DPD Golkar Bali, Sugawa Korry. “Kita kan usul manten, jika PDIP merekomendasi yang lain,” kata Suyasa.
Seminggu kemudian Korwil DPP Partai Golkar Bali-Nusra, Gde Sumarjaya Linggih, memberi pernyataan serupa saat ditanya wartawan. Golkar sangat terbuka peluang mencalonkan Giri Prasta. “Bisa saja. Golkar sangat terbuka dan milik publik, makanya sering disebut PT go public,” katanya berkelakar usai sosialisasi asuransi finansial para wirausaha muda di Denpasar, Selasa (26/10).
Racikan statement kedua petinggi Golkar ini sepertinya test the water (memancing reaksi, perasaan publik, sebelum mengambil keputusan lebih lanjut) tentang sosok Bupati Badung yang dulunya bares kini adem karena diterjang pandemi.
Hadirnya Giri Prasta di ulang tahun Golkar, Suyasa berdalil bupati adalah pengayom partai politik di wilayah. Sesungguhnya Suyasa, Demer dan Golkar Badung sedang mempromosikan Giri Prasta masuk dalam daftar partainya di Pilkada Serempak 2024.
Sekali lagi pernyataan ini murni mengetes psikologi dan reaksi publik. Jika persepsi itu baik, maka Golkar akan lanjutkan. Hanya saja jika di tengah jalan Giri Prasta dipersepsikan buruk dan tak disukai konsituen Golkar maka dievaluasi.
Publik apalagi kader PDIP melihat pernyataan ini hanya sensasi politik Golkar untuk mencari tahu reaksi. Suka tidak suka, harus dipahami, partai politik bernapas dari persepsi publik. Apalagi Partai Golkar dengan tag line, suara rakyat suara Golkar. Bila persepsi publik merespon positif, maka Golkar berkata Giri show must go on for Bali 1.
Pertanyaannya, apakah semudah itu Golkar memberi dukungan. Dan segampang itu kah PDIP melepas kader yang punya basis massa riil, dan pengabdian terhadap partai yang sudah teruji. Golkar memang bukan partai baru. Sudah separoh abad lebih teruji memainkan peran politik dalam kancah legislatif dan eksekutif.
Ibarat pemain bola, Partai Golkar itu play maker. Bisa mensuplay bola dengan sempurna, bahkan lebih lincah membawa bola menjebol gawang lawan. Beringin matang berselancar dalam politik Pilkada. Bisa jadi, pernyataan itu selain test the water juga semacam komunikasi pembukaan yang “basa basi”. Mengapa? Secara kultur Golkar jarang bersekutu dengan PDIP di Pilgub Bali. Di 2018 PDIP dan Golkar bersebrangan.
Atau Golkar telah membaca pertarungan politik di internal PDIP untuk mendapat rekomendasi “ibu” makin panas. Secara lokal politik sepertinya publik disuguhi ada pertarungan Pak Koster dan kader PDIP termasuk Giri Prasta.
Ada juga yang melihat, Golkar sedang memainkan komunikasi dua arah. Selain Pilgub masih lama, Beringin sedang melihat kader internal, siapa yang akan mereka naikkan. Jadi pernyataan itu sebagai isyarat mereka sedang berupaya melakukan konsolidasi internal. Golkar masih berharap ada kader internal yang bisa maju pada Pilgub Bali 2024.
Sementara untuk PDIP, kalau dilihat kultur politik terutama di Bali, partai pimpinan Wayan Koster lebih mengedepankan kader internal. Dan itu sudah terbukti, teruji di Pilkada Serempak 2020. Koster nyaris sapu bersih. Walau Tumbang di Jembrana, Koster menjebol Karangasem melawan petahana.
Bali identik Merah. Basis merah dominan di politik lokal. Dan jangan lupa pengaruh Ketua Umum Megawati sangat kuat dan penting bagi PDIP. Dengan demikian meminjam istilah percintaan remaja zaman now, cintanya Golkar ke Giri tak “semurni emas” dan setulus merpati”.agustinus apollonaris daton