Robot Trading di Bali Makan Korban Hingga Ratusan Miliar

DENPASAR,MENITINI.COM-Robot trading di Bali makan korban. Saat ini lebih dari 1000 korban di Bali beramai-ramai melaporkan kasus tersebut ke Ditreskrimsus Polda Bali, Senin (14/3/2022).

Saat mendatangi Polda Bali, para korban membawa serta beberapa bukti seperti video pelaku yang berkantor pusat di Jakarta, bukti transfer, bukti trading menggunakan robotSalah satu korban Murni Wiyati mengatakan, korban di Bali lebih dari 1000 orang. “Yang ada di grup saya saja mencapai 300 orang. Belum lagi banyak grup lainnya yang jumlah anggotanya lebih banyak. Kerugian di Bali saja kalau mau ditotal lebih dari Rp100 miliar. Kalau kerugian secara nasional bisa lebih dari Rp 5 triliun. Jadi kerugian masyarakat itu lebih dari kasusnya Indra Kenz dan Doni Salman yang menjadi topik berita selama ini,” ujarnya.

Ia mengatakan, untuk di Bali, korbannya bukan saja warga lokal, tetapi juga menyasar para ekspatriat dan warga negara asing. Mulai saat ini korban akan ramai-ramai mendatangi Polda Bali bagian Ditreskrimsus Polda Bali untuk melaporkan kasus tersebut. Hingga hari ini laporan sudah banyak yang masuk dan jumlahnya akan terus bertambah. Beberapa provinsi di Indonesia juga melaporkan hal yang sama dengan pelaku yang sama yakni bernama Hendrik Susanto yang berkantor pusat di Jakarta melalui PT FFC. Korban di Bali diprediksi lebih dari 1000 orang. “Sebab dalam perekrutan anggota, para applyer selalu mengatakan jika trading dengan menggunakan robot ini bakal selalu untung, dan ini sebagai solusi bagi masyarakat yang kehilangan pekerjaan akibat PHK karena Covid19. Bayangkan, kalau masyarakat dijanjikan solusi di masa pandemi Covid19, semua pasti tergiur. Akhirnya banyak anggota yang nekat mengeruk uang di tabungan untuk ditrading dengan menggunakan robot. Namun faktanya semuanya habis, tertipu,” ujarnya

BACA JUGA:  Presiden Jokowi Sebut di Negara Lain Nggak Ada Bantuan Beras

Korban lain, Denny Kurniawan, yang juga melaporkan kasusnya ke Ditreskrimsus Polda Bali mengatakan, kebanyakan anggota yang ada di grupnya rata-rata menyetor modal awal antara sebesar 500 dolar sampai 1,5 juta dolar. Kemudian di-top up tanpa batas jumlah maksimal. Jika dikonversi ke rupiah maka ada yang investasi hingga Rp 1,5 miliar. Belum lagi anggota disuruh top-up. Kemudian saat proses berjalan, anggota dikenakan biaya robot trading sebesar 10% dari setiap keuntungan yang dinikmati serta biaya seluruh kurs 2 dolar. Jadi sesungguhnya para investor dikeruk habis oleh perusahaan sebab proses trading robot dilakukan setiap hari. “Kejanggalan mulai muncul sejak tanggal 28 Januari 2022. Dimana Hendrik Susanto selalu owner menjelaskan melalui video bahwa proses trading dengan menggunakan robot dihentikan untuk sementara karena berbagai persoalan izin. Namun setelah itu keluar lagi video update bahwa anggota jangan berputus asa, semuanya akan baik-baik saja. Kita diminta bersabar. Kemudian pada 25 Februari kami diizinkan kembali trading namun lebih banyak yang rugi. Kalau pun untung sangat sedikit, tidak sampai 0,5%. Puncaknya pada 8 Maret 2022. Dalam hitungan jam, kurang lebih 3 jam, semua minus. Modal habis. Akun tidak bisa diakses lagi. Maka untuk itu kami lapor polisi hari ini dan sudah dikoordinasikan dengan semua anggota,” ujarnya.

BACA JUGA:  Pasar Mardika yang Baru Diresmikan Pemprov Maluku, Tak Mampu Tampung Pedagang

Para korban melaporkan Hendrik Susanto yang berkantor pusat di Jakarta. Delik aduannya adalab penipuan dan penggelapan. Ia bersama seluruh korban meminta agar pemerintah dan kepolisian segera mengambil langkah hukum. Targetnya uang atau modal dikembalikan dan pelaku dihukum seberat-beratnya. Kasus yang menimpa Indra Kenz itu tidak seberapa dibandingkan dengan kasus Hendrik Susanto. “Kami meminta agar polisi segera mengusut karugian ini dan pelaku diproses sesuai hukum yang berlaku,” ujarnya.006

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *