Pekerja Pariwisata Mogok, Labuan Bajo Nyaris Lumpuh

LABUANBAJO, MENITINI.COM– Kondisi pariwisata Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT pada Senin (1/8)  nyaris lumpuh. Aktivitas di destinasi dan objek wisata yang selama ini biasanya ramai, kemarin terlihat lengang.

Situasi ini dipicu aksi mogok para pelaku pariwisata setempat sebagai protes atas kenaikan sepihak tiket masuk Taman Nasional Komodo (TNK) sebesar Rp3.750.000 oleh Pemprov NTT. Harga tiket ke TNK ini melonjak tinggi, dari sebelumnya Rp200 ribu per orang.

Bandara Komodo, pintu masuk Flores tampak lengang. Tidak terlihat penjemputan tamu oleh biro perjalanan wisata dan pelaku pariwisata lainnya. Sejumlah wisatawan mancanegara tampak kebingungan menunggu jemputan. Disisi lain banyak wisatawan yang berencana berlibur ke Labuan Bajo membatalkan perjalanan mereka. Mereka lebih memilih datang ke daerah wisata lain dibandingkan ke Labuan Bajo karena aksi mogok.

Diketahui para pelaku pariwisata di Labuan Bajo telah kompak untuk melakukan mogok mulai tanggal 1 – 31 Agustus 2022. Aksi mogok ini sebagai bentuk protes mereka terkait kenaikan tiket masuk pulau Komodo yang dinilai memberatkan dan sangat tidak adil serta berpotensi diskriminatif. Keputusan melakukan mogok disepakati oleh segenap komponen pariwisata di Labuan Bajo setelah tuntutan mereka tidak direspons Pemprov NTT dalam aksi unjuk rasa sebelumnya.

BACA JUGA:  Salah Gunakan Izin Tinggal, WNA Australia Direktur Perusahaan Dideportasi

Menanggapi aksi mogok ini, dikerahkan 1.000 aparat gabungan dari Polda NTT dan Polres Mabar serta diback-up TNI. Kapolda NTT Irjen Pol. Setyo Budiyanto menyebut pengamanan Labuan Bajo merupakan hal wajar, terutama pada objek-objek strategis nasional. Apalagi wilayah Labuan Bajo merupakan kawasan destinasi wisata super prioritas (DPSP).Polda NTT sendiri mengirim personel Brimob untuk membantu pengamanan di Labuan Bajo.

Dalam pengamanan itu, Ketua Forum Masyarakat Peduli Pariwisata Manggarai Barat (Formapp) Mabar, Rafael Todowela dan dua warga lainnya ditangkap personel Brimob di Labuan Bajo, Senin (1/8) kemarin. Penangkapan Ketua Formapp Mabar dan dua warga lainnya terungkap dalam video yang beredar di media sosial, kemarin. Polres Manggarai Barat kemudian menahan ketiganya.

Melansir pemberitaan sejumlah media lokal, Kapolres Mabar, AKBP Felli Hermanto menjelaskan, Rafael Todowela dan dua warga lainnya ditangkap karena mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) di Labuan Bajo, khususnya di obyek vital nasional yakni Bandara Komodo. “Sementara tiga orang (ditahan), kalau nanti berkembang akan disampaikan,” ujar AKBP Felli Hermanto dalam konferensi pers di Polres Mabar, Senin (1/8) kemarin.

Menurut Kapolres, ketiganya ditahan untuk dimintai keterangan. Polisi belum menetapkan status ketiganya, apakah sebagai terlapor atau tersangka.

BACA JUGA:  Tiga Rumah di Desa Ohoiel Rusak Parah Akibat Diterjang Angin Puting Beliung

Selain melakukan pengamanan, aparat juga terlihat bertindak brutal. Dalam sebuah video yang beredar luas, tampak sejumlah anggota polisi bersenjata laras panjang menangkap beberapa warga. Polisi yang datang dengan senjata lengkap itu terlihat menendang salah seorang warga. “Jangan pukul, jangan pukul, om,” kata seorang warga dalam video tersebut.

Seorang polisi terlihat menendang warga yang ditangkap dari arah belakang. Kemudian, warga yang ditangkap tersebut dibawa ke atas mobil milik Polres Mabar. Dilansir dari laman tajukflores.com, salah seorang sopir bernama Dodiardus Radas dipukul polisi di sekitar Bandara Komodo, Labuan Bajo. Dodi merupakan salah satu pelaku pariwisata di Labuan Bajo. Sehari-hari ia bekerja sebagai sopir pengantar tamu.

Ketua Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Labuan Bajo, Ignas Suradin mencatat lebih dari 10 ribu wisatawan domestik dan mancanegara membatalkan kunjungannya ke Labuan Bajo, sebagai dampak kenaikan harga tiket masuk pulau Komodo. “Jumlahnya tidak pasti tetapi diperkirakan seperti itu jumlahnya, dan itu untuk tiga bulan ke depan, dan paling banyak pada bulan Agustus,” kata Ignasius dilansir antaranews.com.

Ia mengatakan bahwa salah satu contoh saat ini ada salah satu hotel bintang lima di Labuan Bajo yang kehilangan ratusan kamarnya karena wisatawan membatalkan kunjungan mereka. Belum lagi pembatalan juga dilakukan terhadap travel agent, kapal-kapal dan hotel yang lain,yang jumlahnya sangat banyak.

BACA JUGA:  Kejati Maluku Periksa 13 Orang Tersangka Dugaan Korupsi Pembangunan Rumah TNI-Polri

 

Pembatalan tersebut dilakukan bukan pada saat adanya aksi mogok massal pelaku wisata di Labuan Bajo, tetapi sudah dilakukan semenjak adanya isu kenaikan harga tiket masuk ke Taman Nasional Komodo itu. Menurut Ignas, perkiraan potensi kerugian akibat pembatalan kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo mencapai kurang lebih Rp1 triliun yakni gabungan dari seluruh travel agent, perhotelan, kapal wisata dan lainnya.

Astindo Labuan Bajo bersama komponen pariwisata lainnya sudah menyampaikan kemungkinan kerugian itu dalam suatu dialog dengan Dinas Pariwisata Provinsi NTT. Karena itu mereka mengusulkan agar tarif masuk Taman Nasional Komodo Rp3.750.000 itu ditinjau kembali. Komponen pariwisata Labuan Bajo berharap agar kenaikan tarif dilakukan secara bertahap dan tidak sepihak. Apalagi pengelolaan tiket masuk itu dilakukan secara monopoli oleh PT Flobamor. Padahal manajemen BUMD milik Pemprov NTT ini ditengarai tidak kapabel dan punya reputasi buruk dalam pengelolaan keuangan. M-003