Kelompok Nelayan Wanasari Sabet Penghargaan Labdha Kertya

DENPASAR, MENITINI.COM Inovasi Pembenihan Kepiting Bakau, Produk Makanan Berbasis Bakau, Kuliner dan Ekowisata Hutan Bakau kembali mengantarkan Kelompok Nelayan Wanasari Tuban meraih penghargaan tingkat nasional  

Setelah sebelumnya menyabet Silpakara Nugraha dari Pemerintah Provinsi Bali dan penghargaan Pahlawan Indonesia 2014 dari salah satu perusahaan TV swasta, kini Nelayan Wanasari melalui Ketua Kelompok Nelayan Wana Sari, Made Sumasa menyabet penghargaan Labdha Kertya 2019 dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) Republik Indonesia.

Penghargaan diserahkan Menristekdikti RI, Prof Mohamad Nasir, di Lapangan Niti Mandala Renon Denpasar, Rabu (28/8) saat puncak peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas) ke-24 Tahun 2019.  

Made Sumasa satu-satunya krama Bali yang berhasil mendapat penghargaan tersebut, dalam Sub Kategori Pengembangan Sumber Daya Alam.

Inovasi tersebut telah berhasil memberi nilai tambah, baik dalam bentuk komersil, ekonomi, maupun sosial budaya. Inovasi tersebut sudah dijajagi sejak tahun 2009 silam dan di tahun 2010 mulai dilakukan budidaya pembesaran kepiting bakau.  “Ketika itu, kami masih mengambil bibit kepiting dari luar daerah. Seperti dari Tarakan, Maros, dan beberapa wilayah lain di Indonesia timur. Kami lakukan pembesaran, hingga menjadi kepiting berkualitas ekspor. Bahkan sudah biasa mengirim hasil pembesaran kepiting ke luar negeri,”  kata Sumasa, Minggu (1/9/2019).

Seiring berjalannya waktu, hal tersebut ternyata tidak berjalan mulus. Karena pihaknya rugi akibat korban  penipuan. Hingga akhirnya, lahi gagasan pembangunan Ekowisata Mangrove Wanasari Tuban, yang muncul seiring dengan pembangunan Jalan Tol Bali Mandara. Dimana usaha kuliner Kampoeng Kepiting berkonsep ekowisata tersebut.

Selain itu,  istri dari anggota kelompok nelayan juga dihimpun melalui Kelompok Pengolahan dan Pemasaran (Poklahsar) Wana Lestari, untuk memunculkan produk-produk olahan buah mangrove. Seperti sirup, puding, sabun, lulur, selai, dan permen. “Ketika ada event, produk-produk itu kerap kita susun jadi parsel. Selain itu, olahan buah mangrove juga kita inovasikan sebagai bumbu masakan di Kuliner Kampung Kepiting. Itu tentu mampu memberikan cita rasa khas pada sejumlah masakan yang kami hidangkan,” jelasnya.

Selain di bidang ekonomi, pengamalan konsep ekowisata tersebut juga menggalakkan kegiatan penghijauan dan bersih lingkungan pada area hutan bakau sekitar. Sebab konsep ekowisata untuk menjaga lingkungan dan pelestarian lingkungan, namun memberikan hasil bagi masyarakat.poll

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *