Genjot Kegiatan Ibadah Bagi Warga Binaan, Rutan Salatiga Lebih Mirip Pesantren

Bagi sebagian besar masyarakat, Rumah Tahanan (Rutan) atau yang biasa disebut penjara merupakan tempat yang menyeramkan. Tempat di mana kumpulan pelaku kriminalitas menjalani hukuman, tempat yang penuh dengan kekerasan, tempat para penjahat menjalani hari-hari di dalam kurungan.

Pandangan umum tersebut rasanya tidak berlaku di Rutan Kelas II B Kota Salatiga. Bagaimana tidak, setiap hari lantunan ayat-ayat suci Al Quran terdengar dari tempat ini. Ya, di tempat para pelaku kejahatan menjalani hukuman ini, kita justru akan melihat nuansa yang kental dengan pondok pesantren.

Hal ini semakin terlihat saat memasuki bulan puasa Ramadhan 1440 Hijriah. Pada Selasa (7/5) lalu misalnya, rumah tahanan yang dihuni sekitar 120 orang warga binaan ini menggelar acara khataman Al Quran. Sebagian besar warga binaan yang beragama Islam mengikuti acara yang digelar di halaman rutan. Satu persatu warga binaan terdengar fasih membaca lantunan ayat suci Al Quran.

Kepala Rutan Kelas II B Salatiga, Hero Sulistiyono menjelaskan, hari-hari warga binaan difokuskan untuk mengikuti kegiatan keagamaan. Hal ini, kata Hero untuk menghadirkan suasana pertobatan bagi para warga binaan selama menjalani masa hukuman.

“ Setiap hari suasana di rutan ini memang kami upayakan untuk menjadi sarana pertobatan bagi warga binaan. Kegiatan keagamaan terus kami gerakkan. Alhamdulillah para warga binaan semua mendukung dan mengikuti dengan baik,” terang Hero.

Hero menambahkan, untuk Ramadhan tahun ini, pihaknya menambah jadwal kegiatan keagamaan yakni mulai pagi hari hingga malam hari pukul 22.00 WIB. Harapannya kata Hero, untuk kegiatan membaca Al Quran, para warga binaan bisa menempuh khatam sebanyak tiga kali. “Kami berharap tiga kali khatam dalam Ramadhan tahun ini. Saya rasa rekan-rekan di sini saat ini semakin semangat beribadah terlebih di bulan Ramadhan ini,” kata Hero.

Hero juga berharap, selepas menjalani masa hukuman, para warga binaan dapat kembali menjalani kehidupan normal di masyarakat dan menjadi lebih baik dari sebelumnya. “ Tentunya harapan terbesar kami adalah mampu menjadikan rekan-rekan warga binaan menjadi lebih baik lagi. Saat kembali ke masyarakat nanti, mereka bisa diterima dan menjalani kehidupan yang berkualitas,” ungkap Hero.

Hal ini diakui oleh salah satu warga binaan, Peri Cahyono (38). Pria yang beberapa kali merasakan hidup di jeruji besi di tempat berbeda ini mengatakan suasana di Rutan Salatiga justru mirip dengan suasana pesantren. Peri yang awalnya enggan menjalankan ibadah membaca Al Quran, kini hampir setiap hari ia membuka dan membaca kitab suci umat Islam tersebut.

“Sejauh yang saya rasakan, tempat ini justru memberikan saya ketenteraman batin. Belajar mendalami agama, mengaji, fokus terhadap kegiatan positif. Saya merasa hidup saya lebih berarti karena diisi dengan kegiatan ibadah,” pungkas Peri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *