SHANGHAI, MENITINI.COM – Kasus COVID-19 kembali mengganas di berbagai penjuru dunia. Sebagian besar negara kembali mengambil langkah pencegahan ekstrem, salah satunya Cina. Mulai akhir pekan ini otoritas Shanghai akan memberlakukan lockdown 8 distrik kota. Tindakan ini bersamaan dengan berlakunya kembali pengujian massal secara acak.jutaan orang secara massal. Pembatasan kegiatan dan lockdown akan berlaku untuk 15,3 juta penduduk distrik Pudong, Huangpu, Jing’an, Xuhui, Hongkou, Baoshan, Yangpu dan Minhang. Pembaharuan sistem pelacakan dan pengawasan terutama pada daerah yang mengalami peningkatan kasus pesat sejak kebijakan COVID Zero.
Ada 5 infeksi baru di antara orang-orang yang sudah dikarantina pada hari Kamis, dengan total 11 kasus. Secara nasional, China menambahkan 73 infeksi. Salah satu cluster utama berpusat di salah satu salon distrik Xuhui. Pembukaan kembali layanan salon sangat diminati setelah lockdown sejak pada akhir Maret. Setidaknya, 3 infeksi terkait dengan salon kecantikan, termasuk 2 kasus pada karyawan yang tinggal di Minhang, distrik yang telah mencatat jumlah kasus tertinggi baru-baru ini. Belum lagi angka yang tidak tercatat akibat beberapa salon milik negara tidak melakukan tes Covid setiap hari.
Kembalinya pemberlakuan lockdown menggambarkan kesulitan China untuk menghilangkan virus sama sekali, ketika seluruh dunia sudah menerimanya sebagai endemik. Kebijakan COVID Zero menimbulkan banyak gangguan pada berbagai aspek. Tidak luput dari gangguan adalah perusahaan besar seperti Sony dan Tesla. Bahkan beberapa industri dan investor terpaksa hengkang dari Cina.
Imbas Lockdown Terhadap Ekonomi Cina
Berita tentang pengujian massal dan pembatasan memicu panic buying dari masyarakat. Kondisi ini akibat kesulitan pangan yang mereka alami selama lockdown sebelumnya yang mendadak. Mereka trauma akan lockdown sebelumnya yang bertahan berminggu-minggu walau otoritas sudah memberi informasi berbeda. Pemberlakuan lockdown terbaru dapat dicabut hanya dalam beberapa jam jika tidak ada infeksi baru.
Banyak pakar ekonomi mengatakan akan sulit bagi China untuk memenuhi target pertumbuhan tahunannya akibat lockdown berulang. Dengan tidak memiliki toleransi untuk kasus-kasus baru, Cina berisiko berada dalam lingkaran penerapan dan pelonggaran pembatasan yang konstan. Namun, Presiden Xi Jinping terus menekankan kepatuhan negaranya terhadap kebijakan ini. Presiden menggaungkan Cina sebagai negara dengan tingkat kematian Covid-19 terendah di dunia. Ia percaya dengan kebijakan dan kepatuhan masyarakat akan membawa keseimbangan perekonomian.
Desakan Penyeimbangan COVID Zero dan Ekonomi
Keyakinan Presiden membawa dampak berupa desakan pada para pejabat Cina untuk mengurangi dampak keuangan dari langkah-langkah memerangi COVID-19. Otoritas Shanghai bekerja untuk memungkinkan produsen membangun sistem closed loop di pabrik. Sistem ini memungkinkan mereka terus beroperasi. Harapannya, menciptakan bubble untuk pekerja sehingga mobilitas pekerja hanya dari dan ke pabrik, serta menjalani pengujian secara teratur untuk mendeteksi COVID-19 dalam lingkungan mereka.
Ancaman peningkatan kasus dan wacana lockdown juga muncul di Beijing pada hari Kamis. Pengujian massal kembali digalakkan terutama di distrik Chaoyang. Distrik ini adalah rumah bagi kantor pusat perusahaan dan kedutaan. Latar belakangnya adalah merebaknya COVID-19 di sebuah bar yang mengakhiri catatan 5 hari berturut-turut tanpa penyebaran komunitas. Otoritas Beijing melaporkan 8 kasus baru COVID-19 akibat penyebaran lokal pada Kamis.
Rencana Pemberlakuan COVID Zero Rutin
Pemerintah berwacana ingin memberlakukan COVID Zero secara rutin. Belajar dari pengalaman sebelumnya, ada upaya untuk menekan biaya pengeluaran akibat pengujian massal. Mulai banyak berdiri tenda pengujian dengan akses yang lebih mudah untuk mengantisipasi biaya lockdown. Kios pengujian khusus sedang diupayakan tersedia lebih dekat sehingga penduduk dapat mengakses kurang dari 15 menit dari tempat tinggal. Untuk sementara waktu, kios ini melayani uji antigen saja.
Pengujian berkala secara konstan tetap diperlukan untuk area publik. Penduduk perlu menunjukkan hasil tes negatif sebelum memasuki area publik yang sulit untuk menjaga jarak sosial. Upaya ini untuk mencegah penyebaran lokal yang tidak terpantau. Selain itu, infeksi juga sudah kembali menyebar di utara China dengan wabah di Mongolia dan Dandong. Dandong sendiri merupakan sebuah kota yang berbatasan dengan Korea Utara dengan temuan wabah pertama. (M-010)