Belajar dari Bencana: Pentingnya Skill Bantuan Hidup Dasar

DENPASAR, MENITINI.COM – Hal apa sajakah yang melekat di pikiran masyarakat Indonesia ketika pergantian tahun? Selain selebrasi, pasti kita disibukkan dengan berita terkait tanggap bencana, ramalan cuaca ekstrem, prediksi potensi bencana dalam waktu dekat. Jika kita menelaah dari sisi negative, maka kita akan berpikiran bahwa media menggiring opini publik ke arah negatif dan menebarkan ketakutan. Namun apakah benar seperti itu?

Sistem pemberitahuan dini (early warning system), ramalan dan prediksi sebenarnya merupakan peringatan bagi kita untuk siap dan tanggap di kondisi apapun, apalagi bagi yang tinggal di daerah rawan potensi bencana. Lalu bagaimana sebaiknya kita menyikapinya?

Apakah respon kita sudah baik dan siap jika terjadi bencana?

BACA JUGA:  DPRD Badung Dukung Pengembangan Layanan Kesehatan RSD Mangusada 

Mari kita introspeksi. Sebagian besar kasus bencana yang terjadi, kita cenderung tidak siap, bergantung bahkan menyalahkan pemerintah. Apakah menangani bencana semudah itu? Tentu tidak, mengingat bencana bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Kita juga wajib berkontribusi terhadap keselamatan diri kita dan orang-orang di lingkungan sekitar.

Cara kontribusi yang dapat kita pelajari dan bagikan adalah mempelajari skill bantuan hidup dasar (basic life support). Jika kita bandingkan kemampuan masyarakat Indonesia dengan Amerika Serikat, tentu saja jauh dalam jumlah. Sejak dini, masyarakat di Amerika Serikat telah diberikan kurikulum emergensi dan bantuan hidup dasar sehingga mereka dapat memberikan pertolongan pertama darurat sambil menunggu bantuan medis datang.

BACA JUGA:  7 Cara Terapkan Batasan Bercanda dan Bullying, Orangtua Wajib Tahu!

Siapa saja yang boleh mempelajari skill ini?

Ns. Reza Riyadi Pragita, S.Kep, salah satu perawat emergensi di RSU Klungkung berkesempatan memberi opininya. Beliau merangkap staff pengajar bantuan hidup dasar di sekolah pelayaran Samudera Maritim yang diawali dengan keprihatinan minimnya pengetahuan awam terhadap kondisi emergensi dan bantuan hidup dasar terutama pada usia produktif. Menurut beliau, bencana maupun kondisi emergensi tidak tebang pilih kepada siapa atau kapan akan terjadi. Jadi semua orang bisa belajar, sangat penting bagi setiap orang untuk memahami konsep bantuan hidup dasar. Apalagi pada usia produktif perlu membekali diri dengan skill sebanyak-banyaknya dan tidak berhenti pada satu bidang saja.

BACA JUGA:  Pemerintah Didesak Tinjau Kembali Kebijakan Pajak Peralatan Medis

Apakah rumit?

Skill ini tidak rumit, namun butuh dilakukan dan dipraktekkan berulang kali sehingga siswa dapat menghafalkan pedoman dengan baik tanpa menimbulkan cedera lebih lanjut. Pada dunia medis terdapat prinsip “first do no harm”. Menurut beliau, alangkah baiknya mengamalkan ilmu dengan terlebih dahulu memahami pedoman yang tepat sehingga bisa bermanfaat bukan malah membahayakan. Mudahnya, walaupun awam dapat berkontribusi juga untuk menyelamatkan orang-orang yang ada di dekatnya.

Tertantang untuk mempelajari skill ini? Hanya Anda yang dapat menjawab pertanyaan ini. Anda dapat mengikuti pelatihan yang diadakan oleh rumah sakit atau yayasan sertifikasi kesehatan di dekat Anda. (M-010)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *