
NUSA DUA, MENITINI.COM-Perubahan iklim dunia saat ini sudah tidak main-main lagi. Mencermati laporan United Nations Environment Programme (UNEP), yaitu Emissions Gap Report maupun Adaptation Gap Report 2022, besar kemungkinan batas kenaikan suhu permukaan bumi 1,5°C akan terlampaui dalam beberapa tahun ke depan ini.
Oleh karena itu, katastropi iklim telah di depan mata. Untuk itu butuh perubahan agenda politik untuk mengarahkan pola pembangunan yang adaptif dan berketahanan.
Demikian diungkapkan Mahawan Karuniasa, perwakilan Indonesia sesaat setelah menyampaikan paparannya pada the 4th Capacity Building Hub COP27 yang dilaksanakan secara hybrid dari Sharm El-Sheikh, Mesir, baru baru ini. Acara diselenggarakan oleh Paris Committee on Capacity Building (PCCB) salah satu badan UNFCCC. Dalam paparanya, Mahawan Karuniasa selaku Ketua Jaringan Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia (APIK Indonesia Network) menyampaikan pengalaman Indonesia menyusun rencana aksi pengembangan kapasitas pengendalian perubahan iklim. “Rencana aksi ini bukan hanya dilakukan Indonesia saja. Tetapi harus menjadi gerakan bersama dunia. Untuk itu kita mendesak agar negara anggota KTT G-20 bisa berperan lebih besar lagi dalam mengendalikan kenaikan suhu bumi ini,” ujarnya, Senin (14/11/2022).
Dalam laporannya, UNEP mengingatkan bahwa emisi global tidak boleh melampaui 33 Giga ton karbon dioksida ekuivalen pada tahun 2030 untuk menjaga agar kenaikan 1,5°C tidak terlampaui. Namun, diperkirakan emisi akan mencapai 58 Giga ton karbon dioksida ekuivalen pada tahun tersebut, sedangkan komitmen NDC semua negara yang sudah disampaikan jika diimplementasikan hanya mengurangi 6 Giga ton saja. Kondisi ini akan meningkatkan dampak serta kerentanan kehidupan manusia.